tag:blogger.com,1999:blog-4420327103934100062024-03-18T20:10:46.221-07:00KELOLAEstablished in 1995 in form of a foundation and changed to be a group in 2004, KELOLA (A Group of Natural Resources Management) works to increase welfare of coastal people. To achieve its objective the Organisation supports the practice of sustainable use of natural resources and facilitates the increase of coastal people knowledge and capacity in managing natural resources.Anonymoushttp://www.blogger.com/profile/12038917669940425148noreply@blogger.comBlogger8125tag:blogger.com,1999:blog-442032710393410006.post-9029831441311340412014-11-13T19:50:00.000-08:002016-08-27T04:34:09.819-07:00Otang, Nelayan yang Melukis Laut<div dir="ltr" style="text-align: left;" trbidi="on">
<div class="separator" style="clear: both; text-align: center;">
<br /></div>
<div class="separator" style="clear: both; text-align: left;">
<b>Penulis: Allan Tamengge</b></div>
<div class="separator" style="clear: both; text-align: left;">
<br /></div>
<table align="center" cellpadding="0" cellspacing="0" class="tr-caption-container" style="float: left; margin-right: 1em; text-align: left;"><tbody>
<tr><td style="text-align: center;"><a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEgd1JMlZXK1LpBrGhxEgOejuOOEEPaD7S1VQjPuzSzTLHLyPcmFpd-SmoDmNWJMb06zNcqhBcSIO-DB1as-Kka1gESLry7pU2pbfPXCbcWX6Fr3QFEuP5quu6P8L5dpzQFArmLxLUkS8Xg/s1600/pak+otang.jpg" imageanchor="1" style="margin-left: auto; margin-right: auto;"><img border="0" height="320" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEgd1JMlZXK1LpBrGhxEgOejuOOEEPaD7S1VQjPuzSzTLHLyPcmFpd-SmoDmNWJMb06zNcqhBcSIO-DB1as-Kka1gESLry7pU2pbfPXCbcWX6Fr3QFEuP5quu6P8L5dpzQFArmLxLUkS8Xg/s640/pak+otang.jpg" width="214" /></a></td></tr>
<tr><td class="tr-caption" style="text-align: center;"><b>Ristam Jikoan dan Karya Lukisnya</b><br />
<b>(Foto: Allan Tamengge)</b></td></tr>
</tbody></table>
<div class="MsoNormal" style="margin-bottom: 0.0001pt; text-align: justify;">
<i><span style="font-family: "calisto mt" , "serif"; font-size: 14.0pt;"><b>Jika ada nelayan yang
melukiskan sesuatu yang dilihatnya, maka orang itu adalah Ristam Djikoan, biasa
disapa Otang. Jika cuaca sedang tidak baik, kecintaan pada laut sering
dicurahkan dalam selembar kanvas.</b></span></i></div>
<div class="MsoNormal" style="margin-bottom: 0.0001pt; text-align: justify;">
<br /></div>
<div class="MsoNormal" style="margin-bottom: 0.0001pt; text-align: justify;">
<span style="font-family: "calisto mt" , "serif"; font-size: 14.0pt;">Hobi
melukis sudah tertanam sejak ia duduk di bangku Sekolah Dasar. Sejak Otan masih
‘bau kencur’. Bapaknya, yang juga ahli lukis, memberi banyak insiparasi. Secara
tidak langsung, Otang jatuh cinta pada seni lukis lewat bapaknya.</span><br />
<span style="font-family: "calisto mt" , "serif"; font-size: 14.0pt;"><br /></span></div>
<div class="MsoNormal" style="margin-bottom: 0.0001pt; text-align: justify;">
<span style="font-family: "calisto mt" , serif; font-size: 14pt;">Sewaktu
kecil, Otang sering menyaksikan sang bapak mencorat-coret kanvas. Ia ingat,
sang bapak pula yang mengajarinya cara melukis. “Bapak adalah pelukis favorit
saya, karena beliau yang menjadi pedoman untuk saya melukis.”</span><br />
<span style="font-family: "calisto mt" , serif; font-size: 14pt;"></span><br />
<a name='more'></a></div>
<div class="MsoNormal" style="margin-bottom: 0.0001pt; text-align: justify;">
<span style="font-family: "calisto mt" , serif; font-size: 14pt;">Entah
sudah berapa ratus karya lukis berhasil dibuat, yang jelas, dari sekian banyak
fenomena di alam semesta, melukis dunia bawah laut menjadi favorit. Alasannya,
cukup sederhana, Otang adalah seorang yang lahir dan besar di pesisir.
Interaksi sosial dan pengalaman hidup selalu bisa menjadi donatur inspirasi
yang baik untuk lukisannya. Bahkan, pemandangan bawah laut diangganya sebagai
ekstasi.</span></div>
<div class="MsoNormal" style="margin-bottom: 0.0001pt; text-align: justify;">
<br /></div>
<div class="MsoNormal" style="margin-bottom: 0.0001pt; text-align: justify;">
<span style="font-family: "calisto mt" , "serif"; font-size: 14.0pt;">“Saya
sangat senang menyelam, melihat terumbu karang dan ikan-ikan yang hidup di
dasar laut. Pemandangan itu membuat pikiran saya menjadi tenang,” kata nelayan
yang berasal dari desa Tambala, Kecamatan Tombariri, Minahasa.<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoNormal" style="margin-bottom: 0.0001pt; text-align: justify;">
<br /></div>
<div class="MsoNormal" style="margin-bottom: 0.0001pt; text-align: justify;">
<span style="font-family: "calisto mt" , "serif"; font-size: 14.0pt;">Dari
penjelasannya, saya bisa menerjemahkan kalimat demi kalimat sebagai sebuah
semangat yang utuh. Ia begitu bangga punya laut yang indah. Otang merasa
terhormat menjadi nelayan yang bisa melukiskan sesuatu yang dilihatnya. Sesuatu
yang begitu dekat dengan pengalaman hidupnya.<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoNormal" style="margin-bottom: 0.0001pt; text-align: justify;">
<br /></div>
<div class="MsoNormal" style="margin-bottom: 0.0001pt; text-align: justify;">
<span style="font-family: "calisto mt" , "serif"; font-size: 14.0pt;">Tak
lama kemudian, ia mengambil tiga lembar kanvas yang tak lagi didominasi warna
putih. Gambar yang menempel di dalamnya, bisa dibilang setingkat dengan karya
pelukis-pelukis kawakan di Indonesia. Barangkali, yang jadi beda hanyalah
lukisan itu untuk konsumsi pribadi.<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoNormal" style="margin-bottom: 0.0001pt; text-align: justify;">
<br /></div>
<div class="MsoNormal" style="margin-bottom: 0.0001pt; text-align: justify;">
<span style="font-family: "calisto mt" , "serif"; font-size: 14.0pt;">Melihat
karya Otang, pikiran saya langsung tertuju pada ‘Bikkini Bottom’ kota dalam
serial <i>SpongeBob SquarePants</i> – film
kartun yang menceritakan kehidupan bawah laut, dan yang mendapat respon cukup
besar di Indonesia.<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoNormal" style="margin-bottom: 0.0001pt; text-align: justify;">
<br /></div>
<div class="MsoNormal" style="margin-bottom: 0.0001pt; text-align: justify;">
<span style="font-family: "calisto mt" , "serif"; font-size: 14.0pt;">Warna
biru pada kanvas, saya pikir, punya dosis yang tepat untuk menggambarkan
ekosistem laut. Sehingga, bisa dibilang, Otang
mampu menerjemahkan dengan baik ekspresi ikan, gurita, terumbu
karang, juga lekuk tubuh rumput laut.<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoNormal" style="margin-bottom: 0.0001pt; text-align: justify;">
<br /></div>
<div class="MsoNormal" style="margin-bottom: 0.0001pt; text-align: justify;">
<span style="font-family: "calisto mt" , "serif"; font-size: 14.0pt;">Otong
sendiri, tidak terlampau retoris soal tiga lukisan dalam kanvas tadi. Kepada
saya, dijelaskan bahwa suasana dan keindahan laut menjadi faktor dominan
menginspirasi Otang dalam berkarya. Itu saja.<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoNormal" style="margin-bottom: 0.0001pt; text-align: justify;">
<br /></div>
<table align="center" cellpadding="0" cellspacing="0" class="tr-caption-container" style="margin-left: auto; margin-right: auto; text-align: center;"><tbody>
<tr><td style="text-align: center;"><a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEgqVNdx5BO0vhsuGhIbsE51w5nycZnVnCp8IgVo-xn1e0KQlCfQLHpAxMlOUvWuhoWOvgRk4dKZqW7LpTEcWYBTnLQMjacnW_6JdIjWV_9Y2hnCFQkGEQFcatV6hdIuKoqfdDGjj-c7xOM/s1600/Karya+pak+otang.jpg" imageanchor="1" style="margin-left: auto; margin-right: auto;"><img border="0" height="206" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEgqVNdx5BO0vhsuGhIbsE51w5nycZnVnCp8IgVo-xn1e0KQlCfQLHpAxMlOUvWuhoWOvgRk4dKZqW7LpTEcWYBTnLQMjacnW_6JdIjWV_9Y2hnCFQkGEQFcatV6hdIuKoqfdDGjj-c7xOM/s400/Karya+pak+otang.jpg" width="400" /></a></td></tr>
<tr><td class="tr-caption" style="text-align: center;">Karya Lukis Ristam Jikoan (Foto: Allan Tamengge)</td></tr>
</tbody></table>
<div class="MsoNormal" style="margin-bottom: 0.0001pt; text-align: justify;">
<span style="font-family: "calisto mt" , "serif"; font-size: 14.0pt;"><br /></span></div>
<div class="MsoNormal" style="margin-bottom: 0.0001pt; text-align: justify;">
<span style="font-family: "calisto mt" , "serif"; font-size: 14.0pt;">Hebatnya,
meski punya kemampuan melukis di atas rata-rata, Otang tidak pernah berniat
menjadi pelukis profesional. Ia melukis hanya jika ada orang yang meminta
jasanya. Tak ada pemasaran. Tak pernah juga sibuk-sibuk mengiklankan bakat
melukisnya.<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoNormal" style="margin-bottom: 0.0001pt; text-align: justify;">
<br /></div>
<div class="MsoNormal" style="margin-bottom: 0.0001pt; text-align: justify;">
<span style="font-family: "calisto mt" , "serif"; font-size: 14.0pt;">“Saya
melukis karena itu hobi dari kecil, bukan profesi. Nelayan adalah profesi saya
dan tidak akan pernah saya ubah.”<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoNormal" style="margin-bottom: 0.0001pt; text-align: justify;">
<br /></div>
<div class="MsoNormal" style="margin-bottom: 0.0001pt; text-align: justify;">
<span style="font-family: "calisto mt" , "serif"; font-size: 14.0pt;">“Tapi,
tidak bisa juga dibilang tidak dijual. Sebab, saya pernah dibayar untuk membuat lukisan di
dinding-dinding café dan tempat-tempat hiburan lainnya, sewaktu merantau ke
pulau Jawa dan Batam.”<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoNormal" style="margin-bottom: 0.0001pt; text-align: justify;">
<br /></div>
<div class="MsoNormal" style="margin-bottom: 0.0001pt; text-align: justify;">
<span style="font-family: "calisto mt" , "serif"; font-size: 14.0pt;">Otang
begitu bangga menjadi nelayan, dan dengan alasan apapun, tak ingin meninggalkan
profesi tersebut. Lelaki kelahiran Bitung, 9 Desember 1960 ini, ‘resmi’ menjadi
nelayan sejak usianya baru 18 tahun. Dari orang tuanya, ia banyak mengenali
lokasi tangkap, cara mendapatkan ikan hingga cara membaca cuaca. Dari orang
tuanya, Otang belajar cara hidup bernelayan.<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoNormal" style="margin-bottom: 0.0001pt; text-align: justify;">
<br /></div>
<div class="MsoNormal" style="margin-bottom: 0.0001pt; text-align: justify;">
<span style="font-family: "calisto mt" , "serif"; font-size: 14.0pt;">Bapak
tiga orang anak ini, sangat mencintai profesinya sebagai nelayan, meski
terkadang tidak mencukupi kebutuhan hidup keluarga. Pendapatannya bergantung <i>oras </i>(cuaca). “Kalau laut lagi bagus, <i>ya</i>, pendapatan saya ikut bagus.Tetapi
kalau laut sedang tidak bagus, maka pendapatan saya tidak bagus juga,” ucap
Otang.<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoNormal" style="margin-bottom: 0.0001pt; text-align: justify;">
<br /></div>
<div class="MsoNormal" style="margin-bottom: 0.0001pt; text-align: justify;">
<span style="font-family: "calisto mt" , "serif"; font-size: 14.0pt;">“Tak
banyak yang bisa dilakukan ketika cuaca buruk. Saya hanya bisa berharap keadaan
laut segera membaik agar dapat kembali melaut.”<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoNormal" style="margin-bottom: 0.0001pt; text-align: justify;">
<span style="font-family: "calisto mt" , "serif"; font-size: 14.0pt;">Untungnya,
sang istri bisa menggantikan posisi Otang ketika cuaca sedang tidak baik.
Sebagai pengumpul, pendamping hidupnya, kerap menjual ikan hingga ke daerah
pegunungan, seperti Woloan, Lemoh, Lolah dan Ranotongkor. Hasil jual ikan itu,
kemudian, digunakan untuk makan sekeluarga.<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoNormal" style="margin-bottom: 0.0001pt; text-align: justify;">
<br /></div>
<div class="MsoNormal" style="margin-bottom: 0.0001pt; text-align: justify;">
<span style="font-family: "calisto mt" , "serif"; font-size: 14.0pt;"><i>"Mar
alhamdulilah kita pe anak so ada yang kerja, jadi so berkurang tu tanggungan
keluarga," </i>(Alhamdulilah anak saya sudah ada yang kerja, jadi tanggungan
keluarga sudah semakin berkurang).”<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoNormal" style="margin-bottom: 0.0001pt; text-align: justify;">
<br /></div>
<div class="MsoNormal" style="margin-bottom: 0.0001pt; text-align: justify;">
<span style="font-family: "calisto mt" , "serif"; font-size: 14.0pt;">Untuk
bisa pergi melaut, ia harus mengemudikan perahu gayung atau <i>londe</i>. Sedangkan, alat tangkap yang
sering digunakannya adalah <i>gogoloko </i>(pancing
senar), <i>sibu-sibu </i>(serok) dan <i>soma dampar</i> (pukat pantai).<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoNormal" style="margin-bottom: 0.0001pt; text-align: justify;">
<br /></div>
<div class="MsoNormal" style="margin-bottom: 0.0001pt; text-align: justify;">
<span style="font-family: "calisto mt" , "serif"; font-size: 14.0pt;">Dengan
alat tangkap tersebut, Otang biasa mencari ikan <i>goropa </i>(kerapu), ikan <i>baramundi
</i>(somasi), ikan <i>baramia </i>(pondok)
dan ikan <i>putih </i>(teri). Dinilai,
dengan alat tangkap sederhana, ikan-ikan yang ruang hidupnya tidak terlampau
jauh tadi, relatif mudah untuk didapatkan.<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoNormal" style="margin-bottom: 0.0001pt; text-align: justify;">
<br /></div>
<div class="MsoNormal" style="margin-bottom: 0.0001pt; text-align: justify;">
<span style="font-family: "calisto mt" , "serif"; font-size: 14.0pt;">Sebagai
nelayan sekaligus pelukis, ia jelas merasa terganggu dengan aksi perusakan
laut. Otang tak senang melihat laut dikotori, sebagaimana ia tak ingin ada
sampah dalam gambarnya. Perusakan laut, dianggapnya berbanding lurus dengan
pembunuhan kreativitas.<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoNormal" style="margin-bottom: 0.0001pt; text-align: justify;">
<br /></div>
<br />
<div class="MsoListParagraph" style="margin: 0cm 0cm 0.0001pt;">
<span style="font-family: "calisto mt" , "serif"; font-size: 14.0pt;">“Saya
sangat sedih jika laut dikotori dan ditimbun. Jika laut ditimbun, itu sama saja
membunuh kreatifitas.”</span></div>
</div>
Anonymoushttp://www.blogger.com/profile/12038917669940425148noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-442032710393410006.post-78366910333395855522014-06-13T06:16:00.000-07:002016-08-27T04:48:43.725-07:00Pengelolaan Wilayah Pesisir dan Pulau-Pulau Kecil (disingkat: PWP3K) - UU No.27/2007 direvisi/disempurnakan menjadi UU No.1/2014<div dir="ltr" style="text-align: left;" trbidi="on">
<div style="text-align: justify;">
<div class="separator" style="clear: both; text-align: center;">
<span style="font-family: "arial" , "helvetica" , sans-serif;"><b> </b></span><a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEi6p52VyntiqOCFjfeCDHyg4mtoxpMPCCdrsK2Ny-WA3izdNMTfCCQ2sZynQoEvsbvJtqlM3lEPjWLkAVY2icqGlu4ODC2Mw6xOTYM8BjmCOwvlgh26TIzGdXE-L4hJDKJRvHQt7fa8GE0/s1600/DSC06721.jpg" imageanchor="1" style="margin-left: 1em; margin-right: 1em;"><img border="0" height="225" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEi6p52VyntiqOCFjfeCDHyg4mtoxpMPCCdrsK2Ny-WA3izdNMTfCCQ2sZynQoEvsbvJtqlM3lEPjWLkAVY2icqGlu4ODC2Mw6xOTYM8BjmCOwvlgh26TIzGdXE-L4hJDKJRvHQt7fa8GE0/s1600/DSC06721.jpg" width="400" /></a></div>
<br />
<span style="font-family: "arial" , "helvetica" , sans-serif;"><b>Kenapa UU No.27/2007 direvisi?</b><br /><br />Undang-Undang No 27 Tahun 2007 disahkan oleh DPR RI pada 26 Juni 2007. Salah satu yang diatur dalam UU ini adalah HP3 (Hak Pengusahaan Perairan Pesisir). HP3 menjadi alat bagi pemodal pribumi dan asing yang selama ini mengincar perairan pesisir dan pulau-pulau kecil untuk dikuasai. Oleh karena itu dikecam dan ditolak nelayan..</span><br />
<a name='more'></a><span style="font-family: "arial" , "helvetica" , sans-serif;"><br />Koalisi Tolak HP3 yang terdiri dari nelayan Indonesia dan sejumlah organisisasi masyarakat sipil dimotori KIARA (Koalisi Rakyat Untuk Keadilan Perikanan) melayangkan gugatan ke Mahkamah Konstitusi (MK). Terbukti HP3 merupakan konsep dan produk hukum yang inkonstitusional (bertentangan dengan UUD RI Tahun 1945 - Putusan MK. No. 3/PUU-VIII/2010).</span><br />
<span style="font-family: "arial" , "helvetica" , sans-serif;"><br />Majelis Hakim MK yang memeriksa perkara ini berpendapat: “anak kalimat dipergunakan sebesar-besarnya kemakmuran rakyat” dalam Pasal 33 ayat 3 UUD 1945 harus menjadi ukuran utama bagi Negara dalam menentukan pengurusan, pengaturan atau pengelolaan atas bumi, air dan kekayaan alam yang terkandung di dalamnya – termasuk wilayah perairan pesisir dan pulau-pulau kecil.<br /><br />Pembatalan HP3 oleh MK disertai dengan pendapat “untuk menghindari pengalihan tanggungjawab penguasaan Negara atas pengelolaan perairan pesisir dan pulau-pulau kecil kepada pihak swasta, maka Negara dapat memberikan izin kepada pihak swasta tersebut melalui mekanisme perizinan”.<br /><br />Mencermati inti putusan MK tersebut maka ada “mandat” untuk melakukan perubahan terhadap UU 27/2007 terutama untuk penegasan penguasaan dan tanggungjawab Negara atas pengelolaan wilayah pesisir dan pulau-pulau kecil.<br /><b><br />Apa yang direvisi?</b><br /><br />Dalam UU No.1/2014 sebanyak 17 pasal dalam UU. N0.27/2007 yang diubah sebagaian atas seluruhnya dan ditambahkan 7 pasal baru. Pada prinsipnya perubahan dan penambahan pasal/ayat mencakup aspek-aspek berikut:</span></div>
<div style="text-align: justify;">
<ul>
<li><span style="font-family: "arial" , "helvetica" , sans-serif;">Pasal 1: (definisi pengelolaan dan cakupan wilayah pesisir dan pulau-pulau kecil, rencana aksi dan zonasi rinci, perizinan, dampak penting, pemberdayaan dan masyarakat, menteri berwewenang);</span></li>
<li><span style="font-family: "arial" , "helvetica" , sans-serif;">Pasal 14 (angka 1 dan 7): usulan penyusunan rencana strategis, zonasi, aksi – dengan pelibatan masyarakat; batas waktu pemberian tanggapan oleh gubernur/ terhadap dokumen perencanaan pengelolaan wilayah pesisir dan pulau-pulau kecil dalam 30 hari dan jika tidak dapat tanggapan dalam batas waktu tersebut dianggap definitif/berlaku.</span></li>
<li><span style="font-family: "arial" , "helvetica" , sans-serif;">Pasal 16 – 30, 50, 51 termasuk penambahan pasal baru 22A, 22B, 22C dan 26A: tentang perizinan.</span></li>
<li><span style="font-family: "arial" , "helvetica" , sans-serif;">Pasal 60 dan 63: hak masyarakat, peran pemerintah memajukan masyarakat.</span></li>
<li><span style="font-family: "arial" , "helvetica" , sans-serif;">Pasal 71, 75, termasuk penambahan pasal baru 75A: tentang sanksi.</span></li>
<li><span style="font-family: "arial" , "helvetica" , sans-serif;">Pasal baru 78 A dan B: pelimpahan kewenangan wilayah konservasi pesisir dan pulau-pulau kecil kepada Menteri Kelautan dan Perikanan, penyesuaian izin pemanfaatan pesisir dan perairan pulau-pulau kecil yang telah ada dalam kurun waktu 3 tahun.</span></li>
</ul>
<span style="font-family: "arial" , "helvetica" , sans-serif;"><b>Hal penting yang harus dijadikan pertimbangan?</b><br /><br />Di awal lahirnya UU No.27/2007 nelayan kawatir akan terjadi pengkaplingan laut oleh pihak swasta pribumi maupun asing. HP3 bermakna privatisasi dan jelas akan mengusir masyarakat pengguna sumberdaya di wilayah yang ber-HP3 – dimana praktek sejenis sebenarnya sudah berlaku.<br /><br />Semestinya perubahan HP3 menjadi izin dimaknai sebagai langkah konstitusional untuk menyelamatkan sumberdaya pesisir dan pulau-pulau kecil sebagai ruang hidup dan penghidupan masyarakat pesisir lebih khusus nelayan. Agar prinsip “penguasaan penuh Negara terhadap pengelolaan sumberdaya perairan pesisir dan pulau-pulau kecil dengan satu tolak ukur yakni “sebesar-besarnya kemakmuran rakyat” terpenuhi maka pemerintah harus membentengi dengan kokoh sumberdaya perairan pesisir dan pulau-pulau kecil melalui suatu perencanaan terpadu dengan pelibatan masyarakat secara utuh. Hak-hak masyarakat harus terlindungi oleh benteng tersebut sebelum peluang pengelolaan melalui mekanisme perizinan dibuka.<br /><br />Dalam kondisi terkini masyarakat lebih khusus nelayan yang lemah, sepatutnya dijadikan pertimbangan penting bagi pemerintah dalam membuat keputusan pengelolaan perairan pesisir dan pulau-pulau kecil. Begitu nyata kegagalan program pemberdayaan masyarakat pesisir/nelayan yang telah dilakukan sekian lama.<br /><br />Masyarakat pesisir lebih khusus nelayan harus memahami dengan baik tingkat resiko yang akan mereka hadapi apabila mekanisme perizinan berjalan sebagaimana yang dipraktekkan saat ini. Saatnya bagi masyarakat/nelayan untuk pro-aktif dalam segala urusan pengelolaan sumberdaya pesisir dan pulau-pulau kecil. Pelajari isi UU No.27/2007 juga UU No. 1/2014 dan persiapkan diri/organisasi dengan baik menghadapi kemungkinan terjadinya praktek jual-beli perizinan.</span></div>
</div>
Anonymoushttp://www.blogger.com/profile/12038917669940425148noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-442032710393410006.post-62228326027585105352014-03-06T00:43:00.000-08:002016-08-27T04:49:10.865-07:00Hak Nelayan Tradisional di Kawasan Taman Nasional Bunaken<div dir="ltr" style="text-align: left;" trbidi="on">
<!--[if gte mso 9]><xml>
<o:OfficeDocumentSettings>
<o:RelyOnVML/>
<o:AllowPNG/>
</o:OfficeDocumentSettings>
</xml><![endif]--><br />
<!--[if gte mso 9]><xml>
<w:WordDocument>
<w:View>Normal</w:View>
<w:Zoom>0</w:Zoom>
<w:TrackMoves/>
<w:TrackFormatting/>
<w:PunctuationKerning/>
<w:ValidateAgainstSchemas/>
<w:SaveIfXMLInvalid>false</w:SaveIfXMLInvalid>
<w:IgnoreMixedContent>false</w:IgnoreMixedContent>
<w:AlwaysShowPlaceholderText>false</w:AlwaysShowPlaceholderText>
<w:DoNotPromoteQF/>
<w:LidThemeOther>EN-US</w:LidThemeOther>
<w:LidThemeAsian>X-NONE</w:LidThemeAsian>
<w:LidThemeComplexScript>X-NONE</w:LidThemeComplexScript>
<w:Compatibility>
<w:BreakWrappedTables/>
<w:SnapToGridInCell/>
<w:WrapTextWithPunct/>
<w:UseAsianBreakRules/>
<w:DontGrowAutofit/>
<w:SplitPgBreakAndParaMark/>
<w:DontVertAlignCellWithSp/>
<w:DontBreakConstrainedForcedTables/>
<w:DontVertAlignInTxbx/>
<w:Word11KerningPairs/>
<w:CachedColBalance/>
</w:Compatibility>
<m:mathPr>
<m:mathFont m:val="Cambria Math"/>
<m:brkBin m:val="before"/>
<m:brkBinSub m:val="--"/>
<m:smallFrac m:val="off"/>
<m:dispDef/>
<m:lMargin m:val="0"/>
<m:rMargin m:val="0"/>
<m:defJc m:val="centerGroup"/>
<m:wrapIndent m:val="1440"/>
<m:intLim m:val="subSup"/>
<m:naryLim m:val="undOvr"/>
</m:mathPr></w:WordDocument>
</xml><![endif]--><!--[if gte mso 9]><xml>
<w:LatentStyles DefLockedState="false" DefUnhideWhenUsed="true"
DefSemiHidden="true" DefQFormat="false" DefPriority="99"
LatentStyleCount="267">
<w:LsdException Locked="false" Priority="0" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" QFormat="true" Name="Normal"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="9" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" QFormat="true" Name="heading 1"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="9" QFormat="true" Name="heading 2"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="9" QFormat="true" Name="heading 3"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="9" QFormat="true" Name="heading 4"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="9" QFormat="true" Name="heading 5"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="9" QFormat="true" Name="heading 6"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="9" QFormat="true" Name="heading 7"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="9" QFormat="true" Name="heading 8"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="9" QFormat="true" Name="heading 9"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="39" Name="toc 1"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="39" Name="toc 2"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="39" Name="toc 3"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="39" Name="toc 4"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="39" Name="toc 5"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="39" Name="toc 6"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="39" Name="toc 7"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="39" Name="toc 8"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="39" Name="toc 9"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="35" QFormat="true" Name="caption"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="10" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" QFormat="true" Name="Title"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="1" Name="Default Paragraph Font"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="11" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" QFormat="true" Name="Subtitle"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="22" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" QFormat="true" Name="Strong"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="20" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" QFormat="true" Name="Emphasis"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="59" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Table Grid"/>
<w:LsdException Locked="false" UnhideWhenUsed="false" Name="Placeholder Text"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="1" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" QFormat="true" Name="No Spacing"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="60" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Light Shading"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="61" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Light List"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="62" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Light Grid"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="63" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium Shading 1"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="64" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium Shading 2"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="65" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium List 1"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="66" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium List 2"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="67" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium Grid 1"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="68" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium Grid 2"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="69" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium Grid 3"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="70" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Dark List"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="71" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Colorful Shading"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="72" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Colorful List"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="73" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Colorful Grid"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="60" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Light Shading Accent 1"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="61" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Light List Accent 1"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="62" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Light Grid Accent 1"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="63" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium Shading 1 Accent 1"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="64" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium Shading 2 Accent 1"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="65" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium List 1 Accent 1"/>
<w:LsdException Locked="false" UnhideWhenUsed="false" Name="Revision"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="34" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" QFormat="true" Name="List Paragraph"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="29" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" QFormat="true" Name="Quote"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="30" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" QFormat="true" Name="Intense Quote"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="66" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium List 2 Accent 1"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="67" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium Grid 1 Accent 1"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="68" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium Grid 2 Accent 1"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="69" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium Grid 3 Accent 1"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="70" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Dark List Accent 1"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="71" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Colorful Shading Accent 1"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="72" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Colorful List Accent 1"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="73" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Colorful Grid Accent 1"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="60" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Light Shading Accent 2"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="61" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Light List Accent 2"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="62" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Light Grid Accent 2"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="63" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium Shading 1 Accent 2"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="64" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium Shading 2 Accent 2"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="65" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium List 1 Accent 2"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="66" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium List 2 Accent 2"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="67" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium Grid 1 Accent 2"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="68" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium Grid 2 Accent 2"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="69" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium Grid 3 Accent 2"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="70" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Dark List Accent 2"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="71" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Colorful Shading Accent 2"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="72" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Colorful List Accent 2"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="73" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Colorful Grid Accent 2"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="60" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Light Shading Accent 3"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="61" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Light List Accent 3"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="62" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Light Grid Accent 3"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="63" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium Shading 1 Accent 3"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="64" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium Shading 2 Accent 3"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="65" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium List 1 Accent 3"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="66" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium List 2 Accent 3"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="67" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium Grid 1 Accent 3"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="68" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium Grid 2 Accent 3"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="69" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium Grid 3 Accent 3"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="70" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Dark List Accent 3"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="71" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Colorful Shading Accent 3"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="72" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Colorful List Accent 3"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="73" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Colorful Grid Accent 3"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="60" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Light Shading Accent 4"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="61" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Light List Accent 4"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="62" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Light Grid Accent 4"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="63" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium Shading 1 Accent 4"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="64" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium Shading 2 Accent 4"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="65" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium List 1 Accent 4"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="66" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium List 2 Accent 4"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="67" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium Grid 1 Accent 4"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="68" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium Grid 2 Accent 4"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="69" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium Grid 3 Accent 4"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="70" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Dark List Accent 4"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="71" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Colorful Shading Accent 4"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="72" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Colorful List Accent 4"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="73" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Colorful Grid Accent 4"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="60" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Light Shading Accent 5"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="61" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Light List Accent 5"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="62" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Light Grid Accent 5"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="63" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium Shading 1 Accent 5"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="64" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium Shading 2 Accent 5"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="65" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium List 1 Accent 5"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="66" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium List 2 Accent 5"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="67" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium Grid 1 Accent 5"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="68" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium Grid 2 Accent 5"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="69" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium Grid 3 Accent 5"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="70" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Dark List Accent 5"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="71" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Colorful Shading Accent 5"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="72" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Colorful List Accent 5"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="73" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Colorful Grid Accent 5"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="60" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Light Shading Accent 6"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="61" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Light List Accent 6"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="62" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Light Grid Accent 6"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="63" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium Shading 1 Accent 6"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="64" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium Shading 2 Accent 6"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="65" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium List 1 Accent 6"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="66" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium List 2 Accent 6"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="67" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium Grid 1 Accent 6"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="68" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium Grid 2 Accent 6"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="69" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium Grid 3 Accent 6"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="70" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Dark List Accent 6"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="71" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Colorful Shading Accent 6"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="72" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Colorful List Accent 6"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="73" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Colorful Grid Accent 6"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="19" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" QFormat="true" Name="Subtle Emphasis"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="21" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" QFormat="true" Name="Intense Emphasis"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="31" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" QFormat="true" Name="Subtle Reference"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="32" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" QFormat="true" Name="Intense Reference"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="33" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" QFormat="true" Name="Book Title"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="37" Name="Bibliography"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="39" QFormat="true" Name="TOC Heading"/>
</w:LatentStyles>
</xml><![endif]--><!--[if gte mso 10]>
<style>
/* Style Definitions */
table.MsoNormalTable
{mso-style-name:"Table Normal";
mso-tstyle-rowband-size:0;
mso-tstyle-colband-size:0;
mso-style-noshow:yes;
mso-style-priority:99;
mso-style-qformat:yes;
mso-style-parent:"";
mso-padding-alt:0cm 5.4pt 0cm 5.4pt;
mso-para-margin-top:0cm;
mso-para-margin-right:0cm;
mso-para-margin-bottom:10.0pt;
mso-para-margin-left:0cm;
line-height:115%;
mso-pagination:widow-orphan;
font-size:11.0pt;
font-family:"Calibri","sans-serif";
mso-ascii-font-family:Calibri;
mso-ascii-theme-font:minor-latin;
mso-fareast-font-family:"Times New Roman";
mso-fareast-theme-font:minor-fareast;
mso-hansi-font-family:Calibri;
mso-hansi-theme-font:minor-latin;
mso-bidi-font-family:"Times New Roman";
mso-bidi-theme-font:minor-bidi;}
</style>
<![endif]-->
<br />
<div class="separator" style="clear: both; text-align: center;">
<a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEhTZN0GwImzO-38Qr0yXTK99tIiXq46P47tiXf3ToPuBJ_toX9XxdGGdsLPXSU4ZrxF4N01eDGA3SeK-zWojhSvpBgAsfmZb7BWhW7Cv3jbcEyZkAb9LKihJn0ocH_-mA66eosX_e9rlAY/s1600/TNB.jpg" imageanchor="1" style="clear: left; float: left; margin-bottom: 1em; margin-right: 1em;"><img border="0" height="320" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEhTZN0GwImzO-38Qr0yXTK99tIiXq46P47tiXf3ToPuBJ_toX9XxdGGdsLPXSU4ZrxF4N01eDGA3SeK-zWojhSvpBgAsfmZb7BWhW7Cv3jbcEyZkAb9LKihJn0ocH_-mA66eosX_e9rlAY/s1600/TNB.jpg" width="225" /></a></div>
<div class="MsoNormal" style="line-height: normal; margin-bottom: .0001pt; margin-bottom: 0cm; mso-layout-grid-align: none; text-align: justify; text-autospace: none;">
<span style="font-family: "georgia" , "times new roman" , serif;"><span lang="IN" style="font-size: 14pt;"><i><b>Tulisan di bawah ini merupakan Tajuk Utama dalam Buletin Asosiasi Nelayan Tradisional (Antra) Sulawesi Utara edisi Desember 2013. Kami, setelah meninjau kondisi lapangan dan melakukan wawancara, mencoba menyodorkan analisis yang cukup sederhana agar nelayan tradisional bisa mengenal hak-hak mereka di kawasan konservasi Taman Nasional Bunaken (TNB). Setidaknya, analisis dalam tulisan ini, menunjukkan bahwa ada cerita yang belum tuntas mengenai kondisi di wilayah perairan Bunaken, khususnya terkait eksistensi nelayan tradisional.</b></i></span></span></div>
<a name='more'></a><br />
<br />
<div class="MsoNormal" style="line-height: normal; margin-bottom: .0001pt; margin-bottom: 0cm; mso-layout-grid-align: none; text-align: justify; text-autospace: none;">
<br /></div>
<div class="MsoNormal" style="line-height: normal; margin-bottom: .0001pt; margin-bottom: 0cm; mso-layout-grid-align: none; text-align: justify; text-autospace: none;">
<span style="font-family: "georgia" , "times new roman" , serif;"><span lang="IN" style="font-size: 14pt;">15 Oktober tahun 1991, Menteri Kehutanan mengubah status Cagar Alam
laut menjadi Taman Nasional di wilayah perairan Bunaken – yang selanjutnya
diresmikan oleh presiden Soeharto, pada 24 Desember 1992. </span></span></div>
<div class="MsoNormal" style="line-height: normal; margin-bottom: .0001pt; margin-bottom: 0cm; mso-layout-grid-align: none; text-align: justify; text-autospace: none;">
<br /></div>
<div class="MsoNormal" style="line-height: normal; margin-bottom: .0001pt; margin-bottom: 0cm; mso-layout-grid-align: none; text-align: justify; text-autospace: none;">
<span style="font-family: "georgia" , "times new roman" , serif;"><span lang="IN" style="font-size: 14pt;">Diputuskan, Taman Nasional Bunaken (TNB) memiliki luasan kurang-lebih
89.065 ha, dengan lima pulau menjadi bagiannya yakni<span style="mso-spacerun: yes;"> </span>Bunaken, Siladen, Manado Tua, Mantehage dan
Nain. Kawasan ini, juga melingkupi pesisir utara semenanjung Sulawesi yang
terdiri dari Molas, Meras, Tongkaina dan Tiwoho. Kemudian, di pesisir selatan,
terdapat Arakan, Wawontulap, Poopoh sampai Popareng.</span></span></div>
<div class="MsoNormal" style="line-height: normal; margin-bottom: .0001pt; margin-bottom: 0cm; mso-layout-grid-align: none; text-align: justify; text-autospace: none;">
<br /></div>
<div class="MsoNormal" style="line-height: normal; margin-bottom: .0001pt; margin-bottom: 0cm; mso-layout-grid-align: none; text-align: justify; text-autospace: none;">
<span style="font-family: "georgia" , "times new roman" , serif;"><span lang="IN" style="font-size: 14pt;">Dunia mengenal perairan TNB sebagai bagian daerah indo-pasifik yang
menjadi pusat keanekaragaman hayati laut di bumi ini. Kekayaan alam tersebut
seperti dicatatkan dalam buku berjudul <i>Natural History Book, </i>tahun 1999,
yang menyebut luas terumbu karang di perairan TNB mencapai 8000 ha dengan 58
genus karang di dalamnya.</span></span></div>
<div class="MsoNormal" style="line-height: normal; margin-bottom: .0001pt; margin-bottom: 0cm; mso-layout-grid-align: none; text-align: justify; text-autospace: none;">
<br /></div>
<div class="MsoNormal" style="line-height: normal; margin-bottom: .0001pt; margin-bottom: 0cm; mso-layout-grid-align: none; text-align: justify; text-autospace: none;">
<span style="font-family: "georgia" , "times new roman" , serif;"><span lang="IN" style="font-size: 14pt;">Tak hanya itu, ditemukan pula berbagai hewan langka di bawah laut TNB,
seperti ikan fosil hidup (raja laut/ ikan purba), duyung, penyu, buaya, paus,
lumba-lumba dan hewan lindung lainnya. Bahkan, keanekagaragaman ikan di
perairan ini mencapai 2000 jenis.</span></span></div>
<div class="MsoNormal" style="line-height: normal; margin-bottom: .0001pt; margin-bottom: 0cm; mso-layout-grid-align: none; text-align: justify; text-autospace: none;">
<br /></div>
<div class="MsoNormal" style="line-height: normal; margin-bottom: .0001pt; margin-bottom: 0cm; mso-layout-grid-align: none; text-align: justify; text-autospace: none;">
<span style="font-family: "georgia" , "times new roman" , serif;"><span lang="IN" style="font-size: 14pt;">Tahun 1997, World Wild Fund (WWF) mengusulkannya sebagai salah satu <i>World
Heritage</i>, dan baru pada tahun 2000 ditetapkan oleh UNESCO sebagai situs
warisan dunia.</span></span></div>
<div class="MsoNormal" style="line-height: normal; margin-bottom: .0001pt; margin-bottom: 0cm; mso-layout-grid-align: none; text-align: justify; text-autospace: none;">
<br /></div>
<div class="MsoNormal" style="line-height: normal; margin-bottom: .0001pt; margin-bottom: 0cm; mso-layout-grid-align: none; text-align: justify; text-autospace: none;">
<span style="font-family: "georgia" , "times new roman" , serif;"><span lang="IN" style="font-size: 14pt;">Tentu saja, potensi alam ini menempatkan TNB sebagai magnet wisatawan,
baik lokal maupun mancanegara. Data yang dilansir Bapenas pada tahun 1998
menunjukkan kontribusi TNB kepada ekonomi daerah mencapai 11, 2 juta US dolar
per tahun.</span></span></div>
<div class="MsoNormal" style="line-height: normal; margin-bottom: .0001pt; margin-bottom: 0cm; mso-layout-grid-align: none; text-align: justify; text-autospace: none;">
<br /></div>
<div class="MsoNormal" style="line-height: normal; margin-bottom: .0001pt; margin-bottom: 0cm; mso-layout-grid-align: none; text-align: justify; text-autospace: none;">
<span style="font-family: "georgia" , "times new roman" , serif;"><span lang="IN" style="font-size: 14pt;">Jika dirunut lebih detil, sektor pariwisata mampu menyumbang 3,2 juta
US dolar per tahun, termasuk 4 sampai 5 milyar rupiah per tahun ke pemerintah
kota Manado. Belum lagi, sumbangan dari sektor perikanan yang mencapai 4,9 juta
US dolar, serta rumput laut sebesar 3,1 juta US dolar per tahun.</span></span></div>
<div class="MsoNormal" style="line-height: normal; margin-bottom: .0001pt; margin-bottom: 0cm; mso-layout-grid-align: none; text-align: justify; text-autospace: none;">
<br /></div>
<div class="MsoNormal" style="line-height: normal; margin-bottom: .0001pt; margin-bottom: 0cm; mso-layout-grid-align: none; text-align: justify; text-autospace: none;">
<span style="font-family: "georgia" , "times new roman" , serif;"><span lang="IN" style="font-size: 14pt;">Sampai di sini, TNB merupakan “rumah” keanekaragaman hayati sekaligus
sumber pedapatan ekonomi daerah. Tiap pihak harus berpartisipasi untuk menjaga
eksistensinya. Namun, bukan hal ideal membicarakan kawasan perairan tanpa
menempatkan nelayan sebagai subjeknya – bahkan dalam pembangunan di pesisir.<span style="color: red;"></span></span></span></div>
<div class="MsoNormal" style="line-height: normal; margin-bottom: .0001pt; margin-bottom: 0cm; mso-layout-grid-align: none; text-align: justify; text-autospace: none;">
<br /></div>
<div class="MsoNormal" style="line-height: normal; margin-bottom: .0001pt; margin-bottom: 0cm; mso-layout-grid-align: none; text-align: justify; text-autospace: none;">
<span style="font-family: "georgia" , "times new roman" , serif;"><span lang="IN" style="font-size: 14pt;">Karenanya, tajuk ini, berupaya mengedepankan posisi nelayan dalam
program pembangunan di kawasan TNB, tentu dengan menampilkan hak dan kewajiban
yang harus dihormati berbagai pihak. Paling tidak, kita mesti menyepakati bahwa
tujuan pembangunan di negara ini adalah untuk sebesar-besarnya kemakmuran
rakyat.</span></span></div>
<div class="MsoNormal" style="line-height: normal; margin-bottom: .0001pt; margin-bottom: 0cm; mso-layout-grid-align: none; text-align: justify; text-autospace: none;">
<br /></div>
<div class="MsoNormal" style="line-height: normal; margin-bottom: .0001pt; margin-bottom: 0cm; mso-layout-grid-align: none; text-align: justify; text-autospace: none;">
<span style="font-family: "georgia" , "times new roman" , serif;"><b><span lang="IN" style="font-size: 14pt;">Problematika Nelayan di Kawasan TNB</span></b></span></div>
<div class="MsoNormal" style="line-height: normal; margin-bottom: .0001pt; margin-bottom: 0cm; mso-layout-grid-align: none; text-align: justify; text-autospace: none;">
<br /></div>
<div class="MsoNormal" style="line-height: normal; margin-bottom: .0001pt; margin-bottom: 0cm; mso-layout-grid-align: none; text-align: justify; text-autospace: none;">
<span style="font-family: "georgia" , "times new roman" , serif;"><span lang="IN" style="font-size: 14pt;">Kegiatan manusia yang berbasis darat dan kelautan, dinilai berakibat
pada penurunan mutu ekosistem di perairan TNB, karenanya pemerintah
mengeluarkan kebijakan-kebijakan untuk melindungi kekayaan bawah laut agar
perusakan karang bisa dihindarkan. Namun, nelayan merasa sejumlah peraturan
menempatkan mereka sebagai penerima dampak negatif.</span></span></div>
<div class="MsoNormal" style="line-height: normal; margin-bottom: .0001pt; margin-bottom: 0cm; mso-layout-grid-align: none; text-align: justify; text-autospace: none;">
<br /></div>
<div class="MsoNormal" style="line-height: normal; margin-bottom: .0001pt; margin-bottom: 0cm; mso-layout-grid-align: none; text-align: justify; text-autospace: none;">
<span style="font-family: "georgia" , "times new roman" , serif;"><span lang="IN" style="font-size: 14pt;">Beberapa permasalahan nampak begitu kompleks, pada satu sisi,
pemerintah berupaya melestarikan ekosistem bawah laut, namun, di sisi lain, hak
nelayan tradisional semakin terpinggirkan. Sesuai pemantauan di lapangan,
nelayan menyatakan adanya indikasi penyusutan ruang produksi, tingginya
frekuensi gesekan dengan otoritas setempat hingga ancaman proses hukum akibat
aktivitas melaut.</span></span></div>
<div class="MsoNormal" style="line-height: normal; margin-bottom: .0001pt; margin-bottom: 0cm; mso-layout-grid-align: none; text-align: justify; text-autospace: none;">
<br /></div>
<div class="MsoNormal" style="line-height: normal; margin-bottom: .0001pt; margin-bottom: 0cm; mso-layout-grid-align: none; text-align: justify; text-autospace: none;">
<span style="font-family: "georgia" , "times new roman" , serif;"><span lang="IN" style="font-size: 14pt;">Sebut saja larangan melintas dan aktivitas penangkapan ikan di
perairan tertentu, sebagai masalah <i style="mso-bidi-font-style: normal;">pertama</i>.
Di sini, pemerintah telah memetakan sejumlah titik yang boleh dan tidak boleh
menjadi lokasi lintas perahu dan menangkap ikan. </span></span></div>
<div class="MsoNormal" style="line-height: normal; margin-bottom: .0001pt; margin-bottom: 0cm; mso-layout-grid-align: none; text-align: justify; text-autospace: none;">
<br /></div>
<div class="MsoNormal" style="line-height: normal; margin-bottom: .0001pt; margin-bottom: 0cm; mso-layout-grid-align: none; text-align: justify; text-autospace: none;">
<span style="font-family: "georgia" , "times new roman" , serif;"><span lang="IN" style="font-size: 14pt;">Persoalannya, secara teknis dan geografis, garis batas di laut
tidaklah memiliki bentuk utuh, katakanlah kabur. Sehingga, dalam keadaan
tertentu, nelayan kerap melintasi lokasi ‘terlarang’ dan melakukan aktivitas
penangkapan.</span></span></div>
<div class="MsoNormal" style="line-height: normal; margin-bottom: .0001pt; margin-bottom: 0cm; mso-layout-grid-align: none; text-align: justify; text-autospace: none;">
<br /></div>
<div class="MsoNormal" style="line-height: normal; margin-bottom: .0001pt; margin-bottom: 0cm; mso-layout-grid-align: none; text-align: justify; text-autospace: none;">
<span style="font-family: "georgia" , "times new roman" , serif;"><span lang="IN" style="font-size: 14pt;">Tak hanya itu, faktor di luar kendali personal turut mendorong nelayan
untuk melintasi wilayah-wilayah tertentu. Misalnya, ketika cuaca buruk, mereka memiliki
pertimbangan khusus dalam mengemudikan perahu dan menyesuaikannya dengan arah
angin maupun gerak ombak.</span></span></div>
<div class="MsoNormal" style="line-height: normal; margin-bottom: .0001pt; margin-bottom: 0cm; mso-layout-grid-align: none; text-align: justify; text-autospace: none;">
<br /></div>
<div class="MsoNormal" style="line-height: normal; margin-bottom: .0001pt; margin-bottom: 0cm; mso-layout-grid-align: none; text-align: justify; text-autospace: none;">
<span style="font-family: "georgia" , "times new roman" , serif;"><span lang="IN" style="font-size: 14pt;">Sayangnya, faktor-faktor tersebut sering tidak dipertimbangkan
otoritas setempat. Nelayan yang melintasi jalur terancam diproses hukum – sekalipun
upaya tersebut merupakan cara menyelamatkan diri yang paling efektif dari
terjangan ombak.</span></span></div>
<div class="MsoNormal" style="line-height: normal; margin-bottom: .0001pt; margin-bottom: 0cm; mso-layout-grid-align: none; text-align: justify; text-autospace: none;">
<br /></div>
<div class="MsoNormal" style="line-height: normal; margin-bottom: .0001pt; margin-bottom: 0cm; mso-layout-grid-align: none; text-align: justify; text-autospace: none;">
<span style="font-family: "georgia" , "times new roman" , serif;"><span lang="IN" style="font-size: 14pt;">Pemicu <i>kedua</i> adalah klaim perusakan lingkungan oleh nelayan
tradisional. Sebagai pihak yang paling sering berinteraksi dengan laut,
pandangan-pandangan miring terus saja mendera nelayan tradisional. Mereka
dinilai masih sering menggunakan alat tangkap seperti bom dan racun sianida
yang dapat merusak ekosistem bawah laut.</span></span></div>
<div class="MsoNormal" style="line-height: normal; margin-bottom: .0001pt; margin-bottom: 0cm; mso-layout-grid-align: none; text-align: justify; text-autospace: none;">
<br /></div>
<div class="MsoNormal" style="line-height: normal; margin-bottom: .0001pt; margin-bottom: 0cm; mso-layout-grid-align: none; text-align: justify; text-autospace: none;">
<span style="font-family: "georgia" , "times new roman" , serif;"><span lang="IN" style="font-size: 14pt;">Memang, pada pasal 9 poin (1), UU 45 tahun 1999, dengan jelas bisa
dicatatkan larangan <i style="mso-bidi-font-style: normal;">“memiliki, menguasai,
membawa atau menggunakan alat tangkap dan alat bantu penangkapan yang
mengganggu dan merusak keberlanjutan sumber daya ikan di kapal penangkap ikan
di wilayah pengelolaan perikanan negara Republik Indonesia.”</i></span></span></div>
<div class="MsoNormal" style="line-height: normal; margin-bottom: .0001pt; margin-bottom: 0cm; mso-layout-grid-align: none; text-align: justify; text-autospace: none;">
<br /></div>
<div class="MsoNormal" style="line-height: normal; margin-bottom: .0001pt; margin-bottom: 0cm; mso-layout-grid-align: none; text-align: justify; text-autospace: none;">
<span style="font-family: "georgia" , "times new roman" , serif;"><span lang="IN" style="font-size: 14pt;">Tak boleh disangkal. Tiap pihak, khususnya pemanfaat perairan TNB,
wajib menjaga kelestarian alam di dalamnya. Seperti yang sudah dijelaskan,
kekayaan alam di perairan ini merupakan aset penting bagi peningkatan ekonomi
nasional, terlebih menjadi pusat keanekaragaman hayati dunia.</span></span></div>
<div class="MsoNormal" style="line-height: normal; margin-bottom: .0001pt; margin-bottom: 0cm; mso-layout-grid-align: none; text-align: justify; text-autospace: none;">
<br /></div>
<div class="MsoNormal" style="line-height: normal; margin-bottom: .0001pt; margin-bottom: 0cm; mso-layout-grid-align: none; text-align: justify; text-autospace: none;">
<span style="font-family: "georgia" , "times new roman" , serif;"><span lang="IN" style="font-size: 14pt;">Di sini, pemerintah punya kewajiban membina pihak-pihak yang
kedapatan, secara sengaja atau tidak, menggunakan alat tangkap yang dilarang
tadi. Artinya, pemerintah harus mampu menjamin hak nelayan tradisional dalam
mengakses perairan selama menggunakan alat tangkap yang ramah lingkungan.</span></span></div>
<div class="MsoNormal" style="line-height: normal; margin-bottom: .0001pt; margin-bottom: 0cm; mso-layout-grid-align: none; text-align: justify; text-autospace: none;">
<br /></div>
<div class="MsoNormal" style="line-height: normal; margin-bottom: .0001pt; margin-bottom: 0cm; mso-layout-grid-align: none; text-align: justify; text-autospace: none;">
<span style="font-family: "georgia" , "times new roman" , serif;"><span lang="IN" style="font-size: 14pt;">Sebab, sejumlah persoalan tadi ditakutkan dapat memunculkan akumulasi
dampak yang merugikan nelayan tradisional, seperti terus menurunnya kondisi
ekonomi, pandangan negatif dari stakeholder di kawasan TNB, tingginya frekuensi
permasalahan hukum antara nelayan dengan otoritas setempat, hingga semakin
berkurangnya kesadaran nelayan untuk melindungi dan memperbaiki kualitas
sumberdaya alam.</span></span></div>
<div class="MsoNormal" style="line-height: normal; margin-bottom: .0001pt; margin-bottom: 0cm; mso-layout-grid-align: none; text-align: justify; text-autospace: none;">
<br /></div>
<div class="MsoNormal" style="line-height: normal; margin-bottom: .0001pt; margin-bottom: 0cm; mso-layout-grid-align: none; text-align: justify; text-autospace: none;">
<span style="font-family: "georgia" , "times new roman" , serif;"><span lang="IN" style="font-size: 14pt;">Membiarkan permasalahan berkepanjangan, merupakan faktor potensial
dalam menimbulkan konflik vertikal, baik antara nelayan dengan pemerintah atau
nelayan dengan pelaku pariwisata. </span></span></div>
<div class="MsoNormal" style="line-height: normal; margin-bottom: .0001pt; margin-bottom: 0cm; mso-layout-grid-align: none; text-align: justify; text-autospace: none;">
<br /></div>
<div class="MsoNormal" style="line-height: normal; margin-bottom: .0001pt; margin-bottom: 0cm; mso-layout-grid-align: none; text-align: justify; text-autospace: none;">
<span style="font-family: "georgia" , "times new roman" , serif;"><b><span lang="IN" style="font-size: 14pt;">Mengupas Kembali Hak Nelayan Tradisional</span></b></span></div>
<div class="MsoNormal" style="line-height: normal; margin-bottom: .0001pt; margin-bottom: 0cm; mso-layout-grid-align: none; text-align: justify; text-autospace: none;">
<br /></div>
<div class="MsoNormal" style="line-height: normal; margin-bottom: .0001pt; margin-bottom: 0cm; mso-layout-grid-align: none; text-align: justify; text-autospace: none;">
<span style="font-family: "georgia" , "times new roman" , serif;"><span lang="IN" style="font-size: 14pt;">Pasal 33 ayat
(3) UUD 45, yang berbunyi</span><i style="mso-bidi-font-style: normal;"><span lang="IN" style="font-size: 14pt;">“bumi dan air dan kekayaan alam yang terkandung di dalamnya dikuasai
oleh negara dan dipergunakan untuk sebesar-besar kemakmuran rakyat,”</span></i><span lang="IN" style="font-size: 14pt;">menegaskan
adanya penguasaan negara terhadap sumber daya alam yang berada di wilayah
kekuasaannya.</span><b><span lang="IN" style="font-size: 14pt;"></span></b></span></div>
<div class="MsoNormal" style="line-height: normal; margin-bottom: .0001pt; margin-bottom: 0cm; mso-layout-grid-align: none; text-align: justify; text-autospace: none;">
<br /></div>
<div class="MsoNormal" style="line-height: normal; margin-bottom: .0001pt; margin-bottom: 0cm; mso-layout-grid-align: none; text-align: justify; text-autospace: none;">
<span style="font-family: "georgia" , "times new roman" , serif;"><span lang="IN" style="font-size: 14pt;">Sementara,
anak kalimat <i style="mso-bidi-font-style: normal;">“dipergunakan untuk
sebesar-besar kemakmuran rakyat”</i> menunjukkan sebesar-besar kemakmuran
rakyatlah yang menjadi ukuran utama bagi negara dalam menentukan pengurusan,
pengaturan atau pengelolaan atas bumi, air, dan kekayaan alam yang terkandung
di dalamnya.</span></span></div>
<div class="MsoNormal" style="line-height: normal; margin-bottom: .0001pt; margin-bottom: 0cm; mso-layout-grid-align: none; text-align: justify; text-autospace: none;">
<br /></div>
<div class="MsoNormal" style="line-height: normal; margin-bottom: .0001pt; margin-bottom: 0cm; mso-layout-grid-align: none; text-align: justify; text-autospace: none;">
<span style="font-family: "georgia" , "times new roman" , serif;"><span lang="IN" style="font-size: 14pt;">Penguasaan
itu, harus juga memperhatikan hak-hak yang telah ada, baik hak individu maupun
hak kolektif yang dimiliki masyarakat hukum adat (hak ulayat), hak masyarakat
adat serta hak-hak konstitusional lainnya yang dimiliki oleh masyarakat dan
dijamin oleh konstitusi, misalnya hak akses untuk melintas, hak atas lingkungan
yang sehat, dan lain-lain.</span></span></div>
<div class="MsoNormal" style="line-height: normal; margin-bottom: .0001pt; margin-bottom: 0cm; mso-layout-grid-align: none; text-align: justify; text-autospace: none;">
<br /></div>
<div class="MsoNormal" style="line-height: normal; margin-bottom: .0001pt; margin-bottom: 0cm; mso-layout-grid-align: none; text-align: justify; text-autospace: none;">
<span style="font-family: "georgia" , "times new roman" , serif;"><span lang="IN" style="font-size: 14pt;">Sebab, tanpa
mengedepankan kepentingan rakyat, penguasaan negara terhadap sumber daya alam
dapat menunju pada kekuasaan absolut-totalitarian. Dengan kata lain, penolakan
terhadap privatisasi oleh korporasi (kelompok) dapat beralih kepada privatisasi
oleh negara.</span></span></div>
<div class="MsoNormal" style="line-height: normal; margin-bottom: .0001pt; margin-bottom: 0cm; mso-layout-grid-align: none; text-align: justify; text-autospace: none;">
<br /></div>
<div class="MsoNormal" style="line-height: normal; margin-bottom: .0001pt; margin-bottom: 0cm; mso-layout-grid-align: none; text-align: justify; text-autospace: none;">
<span style="font-family: "georgia" , "times new roman" , serif;"><span lang="IN" style="font-size: 14pt;">Mengerucut
pada problematika nelayan belakangan ini, nampaknya pemerintah mesti melibatkan
mereka dalam pembuatan maupun pengawasan kebijakan yang berhubungan dengan
sumber daya kelautan. Penegasan mengenai hal ini dengan jelas diatur dalam UU
pesisir dan pulau-pulau kecil. Pasal 12 ayat (1 C) menjamin </span><i style="mso-bidi-font-style: normal;"><span lang="IN" style="font-size: 14pt;">“terakomodasikannya
pertimbangan-pertimbangan hasil konsultasi publik dalam penetapan tujuan
pengelolaan kawasan serta revisi terhadap penetapan tujuan dan perizinan”</span></i><span lang="IN" style="font-size: 14pt;">.</span></span></div>
<div class="MsoNormal" style="line-height: normal; margin-bottom: .0001pt; margin-bottom: 0cm; mso-layout-grid-align: none; text-align: justify; text-autospace: none;">
<br /></div>
<div class="MsoNormal" style="line-height: normal; margin-bottom: .0001pt; margin-bottom: 0cm; mso-layout-grid-align: none; text-align: justify; text-autospace: none;">
<span style="font-family: "georgia" , "times new roman" , serif;"><span lang="IN" style="font-size: 14pt;">Belum lagi,
dibatalkannya Hak Pengusahaan Perairan Pesisir (HP-3) oleh Mahkamah Konstitusi,
secara implisit meletakkan hak nelayan tradisional sebagai hak turun-temurun
yang wajib dihormati penyelenggara negara.</span><span style="font-size: 14pt;"></span></span></div>
<div class="MsoNormal" style="line-height: normal; margin-bottom: .0001pt; margin-bottom: 0cm; mso-layout-grid-align: none; text-align: justify; text-autospace: none;">
<br /></div>
<div class="MsoNormal" style="line-height: normal; margin-bottom: .0001pt; margin-bottom: 0cm; mso-layout-grid-align: none; text-align: justify; text-autospace: none;">
<span style="font-family: "georgia" , "times new roman" , serif;"><span lang="IN" style="font-size: 14pt;">Adapun, hak
nelayan yang dijabarkan MK meliputi, hak untuk melintas (akses), hak untuk
mengelola sumber daya sesuai dengan kaidah budaya dan kearifan tradisional yang
diyakini dan dijalankan secara turun-temurun, hak untuk memanfaatkan sumber
daya, termasuk hak untuk mendapatkan lingkungan perairan yang sehat dan bersih.</span></span></div>
<div class="MsoNormal" style="line-height: normal; margin-bottom: .0001pt; margin-bottom: 0cm; mso-layout-grid-align: none; text-align: justify; text-autospace: none;">
<br /></div>
<div class="MsoNormal" style="line-height: normal; margin-bottom: .0001pt; margin-bottom: 0cm; mso-layout-grid-align: none; text-align: justify; text-autospace: none;">
<span style="font-family: "georgia" , "times new roman" , serif;"></span></div>
<div class="MsoNormal" style="line-height: normal; margin-bottom: .0001pt; margin-bottom: 0cm; mso-layout-grid-align: none; text-align: justify; text-autospace: none;">
<span style="font-family: "georgia" , "times new roman" , serif;"></span></div>
<div class="MsoNormal" style="line-height: normal; margin-bottom: .0001pt; margin-bottom: 0cm; mso-layout-grid-align: none; text-align: justify; text-autospace: none;">
<span style="font-family: "georgia" , "times new roman" , serif;"></span></div>
<div class="MsoNormal" style="line-height: normal; margin-bottom: .0001pt; margin-bottom: 0cm; mso-layout-grid-align: none; text-align: justify; text-autospace: none;">
<span style="font-family: "georgia" , "times new roman" , serif;"></span></div>
<div class="MsoNormal" style="line-height: normal; margin-bottom: .0001pt; margin-bottom: 0cm; mso-layout-grid-align: none; text-align: justify; text-autospace: none;">
<span style="font-family: "georgia" , "times new roman" , serif;"><span lang="IN" style="font-size: 14pt;"></span></span><span style="font-family: "georgia" , "times new roman" , serif;"><span lang="IN" style="font-size: 14pt; line-height: 115%;">Sampai di sini, berbagai
pihak di kawasan TNB, diharap mampu mengedepankan kembali posisi nelayan
tradisional sebagai pihak yang aktif berpartisipasi dalam pembangunan negeri.
Tentu saja, hal ini berimplikasi pada program-program pembangunan di wilayah
perairan dan pesisir yang tidak menyudutkan posisi nelayan. Sebab, apapun
alasannya, klaim sukses pembangunan tidak boleh menindas hak-hak nelayan
tradisional.</span></span><br />
<br />
<span style="font-family: "georgia" , "times new roman" , serif;"><span lang="IN" style="font-size: 14pt; line-height: 115%;">Notes: Buletin ANTRA Desember 2013 (pdf) bisa di unggah <a href="http://www.ziddu.com/download/23637712/Ebook_Buletin_ANTRA_Des_2013_Edition.pdf.html" target="_blank">disini</a>.</span></span></div>
</div>
Anonymoushttp://www.blogger.com/profile/12038917669940425148noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-442032710393410006.post-26779443952254382692013-07-22T10:28:00.000-07:002016-08-27T04:49:30.481-07:00MP3EI: Proyek Kapitalisasi Sumber Daya Alam Di Indonesia<div dir="ltr" style="text-align: left;" trbidi="on">
<!--[if gte mso 9]><xml>
<w:WordDocument>
<w:View>Normal</w:View>
<w:Zoom>0</w:Zoom>
<w:TrackMoves/>
<w:TrackFormatting/>
<w:PunctuationKerning/>
<w:ValidateAgainstSchemas/>
<w:SaveIfXMLInvalid>false</w:SaveIfXMLInvalid>
<w:IgnoreMixedContent>false</w:IgnoreMixedContent>
<w:AlwaysShowPlaceholderText>false</w:AlwaysShowPlaceholderText>
<w:DoNotPromoteQF/>
<w:LidThemeOther>IN</w:LidThemeOther>
<w:LidThemeAsian>X-NONE</w:LidThemeAsian>
<w:LidThemeComplexScript>X-NONE</w:LidThemeComplexScript>
<w:Compatibility>
<w:BreakWrappedTables/>
<w:SnapToGridInCell/>
<w:WrapTextWithPunct/>
<w:UseAsianBreakRules/>
<w:DontGrowAutofit/>
<w:SplitPgBreakAndParaMark/>
<w:DontVertAlignCellWithSp/>
<w:DontBreakConstrainedForcedTables/>
<w:DontVertAlignInTxbx/>
<w:Word11KerningPairs/>
<w:CachedColBalance/>
</w:Compatibility>
<w:BrowserLevel>MicrosoftInternetExplorer4</w:BrowserLevel>
<m:mathPr>
<m:mathFont m:val="Cambria Math"/>
<m:brkBin m:val="before"/>
<m:brkBinSub m:val="--"/>
<m:smallFrac m:val="off"/>
<m:dispDef/>
<m:lMargin m:val="0"/>
<m:rMargin m:val="0"/>
<m:defJc m:val="centerGroup"/>
<m:wrapIndent m:val="1440"/>
<m:intLim m:val="subSup"/>
<m:naryLim m:val="undOvr"/>
</m:mathPr></w:WordDocument>
</xml><![endif]--><span style="font-family: "georgia" , "times new roman" , serif;"><span style="font-size: large;"><b>MP3EI merupakan rambu pembangunan ekonomi di Indonesia,
sehingga peraturan di berbagai daerah harus mengacu darinya. Dengan kata lain,
peraturan yang dinilai tidak searah dengan konsep MP3EI terancam dihapus atau
digantikan.</b></span></span><br />
<div class="separator" style="clear: both; text-align: center;">
<span style="font-family: "georgia" , "times new roman" , serif;"><span style="font-size: large;"><a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEhRNu6h9jMhSXfzBRFaZqm-jHCSGNriyDRlWo0KldGD21Pq1tsARZR5-I5ro-yk6_B8S0_-u4e6Xnd0pPDuTeRGHbMwc_eCqBK58qrRwadVTjx4Kht5nqYcu4zX7S0HgreruD8qFOwg12w/s1600/Graphic1.jpg" imageanchor="1" style="margin-left: 1em; margin-right: 1em;"><img border="0" height="223" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEhRNu6h9jMhSXfzBRFaZqm-jHCSGNriyDRlWo0KldGD21Pq1tsARZR5-I5ro-yk6_B8S0_-u4e6Xnd0pPDuTeRGHbMwc_eCqBK58qrRwadVTjx4Kht5nqYcu4zX7S0HgreruD8qFOwg12w/s320/Graphic1.jpg" width="320" /></a></span></span></div>
<div class="MsoNormal" style="line-height: normal; margin-bottom: 0.0001pt; text-align: justify;">
<span style="font-family: "georgia" , "times new roman" , serif;"><span style="font-size: large;"><br /></span></span></div>
<div class="MsoNormal" style="line-height: normal; margin-bottom: 0.0001pt; text-align: justify;">
<span style="font-family: "georgia" , "times new roman" , serif;"><span style="font-size: large;">20 Mei 2011, Presiden telah menetapkan Perpres No. 32
tentang Masterplan Percepatan dan Perluasaan Pembangunan Ekonomi Indonesia
(MP3EI). Sayangnya, Perpres tersebut menunjukkan gerak pembangunan yang semakin
serakah dengan mengeruk habis sumber daya alam untuk kepentingan pengusaha bermodal
besar.</span></span></div>
<a name='more'></a><span style="font-family: "georgia" , "times new roman" , serif;"><span style="font-size: large;"></span></span>
<br />
<div class="MsoNormal" style="line-height: normal; margin-bottom: 0.0001pt; text-align: justify;">
<span style="font-family: "georgia" , "times new roman" , serif;"><span style="font-size: large;">Semenjak mega proyek itu dicanangkan, pemerintah telah
mengidentifikasi 28 peraturan yang dinilai dapat menghambat keberhasilan pelaksanaan
MP3EI. Karenanya, perombakan perlu dibuat. 7 Undang-undang, 7 Peraturan
Pemerintah, 6 Peraturan Presiden, Keputusan dan Instruksi Presiden, dan 9
Peraturan Menteri teridentifikasi sebagai peraturan yang harus segera “ditertibkan”
(diganti).</span></span></div>
<div class="MsoNormal" style="line-height: normal; margin-bottom: 0.0001pt; text-align: justify;">
<span style="font-family: "georgia" , "times new roman" , serif;"><span style="font-size: large;"><br /></span></span></div>
<div class="MsoNormal" style="line-height: normal; margin-bottom: 0.0001pt; text-align: justify;">
<span style="font-family: "georgia" , "times new roman" , serif;"><span style="font-size: large;">Hingga Februari 2012, Komite Percepatan dan Perluasan Pembangunan
Ekonomi Indonesia (KP3EI) telah berhasil mengganti 17 peraturan yang dinilai
menghambat laju pembangunan. Sejumlah peraturan dimaksud, terkait permasalahan
agraria, penanaman modal, pertambangan hingga industri.</span></span></div>
<div class="MsoNormal" style="line-height: normal; margin-bottom: 0.0001pt; text-align: justify;">
<span style="font-family: "georgia" , "times new roman" , serif;"><span style="font-size: large;"><br /></span></span></div>
<div class="MsoNormal" style="line-height: normal; margin-bottom: 0.0001pt; text-align: justify;">
<span style="font-family: "georgia" , "times new roman" , serif;"><span style="font-size: large;">Yang jadi soal, lolosnya UU No 2 Tahun 2012 tentang Pengadaan
Tanah Untuk Pembangunan Dalam Rangka Kepentingan Umum, justru beranjak dari
ide mengenai Merauke Integrated Food and Energy Estate (MIFEE), sampai-sampai status
tanah ulayat dimasukkan sebagai komponen investasi. Pemerintah meyakini, MIFEE
merupakan upaya penyertaan pemilik tanah ulayat untuk menikmati pertumbuhan
ekonomi di daerahnya.</span></span></div>
<div class="MsoNormal" style="line-height: normal; margin-bottom: 0.0001pt; text-align: justify;">
<span style="font-family: "georgia" , "times new roman" , serif;"><span style="font-size: large;"><br /></span></span></div>
<div class="MsoNormal" style="line-height: normal; margin-bottom: 0.0001pt; text-align: justify;">
<span style="font-family: "georgia" , "times new roman" , serif;"><span style="font-size: large;">Namun, penolakan mengenai perampasan tanah ulayat mengalir
deras. Sebuah situs “Awas MIFEE!”, yang berpusat di Inggris, menyatakan mega
proyek itu berpotensi mendatangkan ancaman bagi masyarakat Papua selatan.
Penguasaan lahan yang akan berlangsung di sana diyakini merupakan praktik
kolonial gaya baru.</span></span></div>
<div class="MsoNormal" style="line-height: normal; margin-bottom: 0.0001pt; text-align: justify;">
<span style="font-family: "georgia" , "times new roman" , serif;"><span style="font-size: large;"><br /></span></span></div>
<div class="MsoNormal" style="line-height: normal; margin-bottom: 0.0001pt; text-align: justify;">
<span style="font-family: "georgia" , "times new roman" , serif;"><span style="font-size: large;">“Lebih dari sejuta hektar perkebunan atau lahan pertanian
direncanakan menjadi lahan industri. Orang Malind, penduduk asli hutan itu,
ditawarkan ganti rugi yang sangat sedikit untuk menggantikan hutan yang
merupakan sumber kehidupan bagi mereka dan leluhur mereka selama banyak abad, demikian
pernyataan yang termuat di situs “Awas MIFEE”.</span></span></div>
<div class="MsoNormal" style="line-height: normal; margin-bottom: 0.0001pt; text-align: justify;">
<span style="font-family: "georgia" , "times new roman" , serif;"><span style="font-size: large;"><br /></span></span></div>
<div class="MsoNormal" style="line-height: normal; margin-bottom: 0.0001pt; text-align: justify;">
<span style="font-family: "georgia" , "times new roman" , serif;"><span style="font-size: large;">Fenomena di atas menunjukkan betapa pembangunan memerlukan
fasilitas pendukung, salah satunya regulasi. Peraturan dijadikan alat kontrol
agar publik menuruti sesuatu yang tidak mereka sepakati. Perpres mengenai MP3EI,
juga peraturan yang mengikutinya, adalah bukti superioritas aparat negara yang
selalu menjadikan publik sebagai objek kekuasaan.</span></span></div>
<div class="MsoNormal" style="line-height: normal; margin-bottom: 0.0001pt; text-align: justify;">
<span style="font-family: "georgia" , "times new roman" , serif;"><span style="font-size: large;"><br /></span></span></div>
<div class="MsoNormal" style="line-height: normal; margin-bottom: 0.0001pt; text-align: justify;">
<span style="font-family: "georgia" , "times new roman" , serif;"><span style="font-size: large;">Sejumlah peraturan yang diganti adalah upaya pemerintah
untuk menyingkirkan halangan dalam pembangunan, atau yang mereka sebut dengan
debotllenecking. Hal ini menunjukkan konsep pembangunan yang arogan, karena
dengan asumsi-asumsi tertentu pemerintah bisa mengesampingkan kepentingan
publik yang dirasa tidak sejalan dengan visi MP3EI.</span></span></div>
<div class="MsoNormal" style="line-height: normal; margin-bottom: 0.0001pt; text-align: justify;">
<span style="font-family: "georgia" , "times new roman" , serif;"><span style="font-size: large;"><br /></span></span></div>
<div class="MsoNormal" style="line-height: normal; margin-bottom: 0.0001pt; text-align: justify;">
<span style="font-family: "georgia" , "times new roman" , serif;"><span style="font-size: large;">***</span></span></div>
<div class="MsoNormal" style="line-height: normal; margin-bottom: 0.0001pt; text-align: justify;">
<span style="font-family: "georgia" , "times new roman" , serif;"><span style="font-size: large;"><br /></span></span></div>
<div class="MsoNormal" style="line-height: normal; margin-bottom: 0.0001pt; text-align: justify;">
<span style="font-family: "georgia" , "times new roman" , serif;"><span style="font-size: large;">Lewat pemetaan Sumber Daya Alam di berbagai lokasi di
Indonesia, pemerintah telah menetapkan enam Koridor Ekonomi (KE). Sumatera menjadi
KE sentra produksi dan pengolahan hasil bumi. Jawa harus mendorong industri dan
jasa nasional. Pusat produksi hasil tambang dan lumbung energi bertempat di
Kalimantan. Produksi dan pengolahan hasil pertanian, perkebunan, perikanan,
migas dan pertambangan nasional berada di Sulawesi. Bidang pariwisata,
peternakan dan perikanan ditetapkan di Bali-Nusa Tenggara. Lalu, koridor
Papua-kepulauan Maluku adalah lahan pangembangan pangan, peternakan dan perikanan.</span></span></div>
<div class="MsoNormal" style="line-height: normal; margin-bottom: 0.0001pt; text-align: justify;">
<span style="font-family: "georgia" , "times new roman" , serif;"><span style="font-size: large;"><br /></span></span></div>
<div class="MsoNormal" style="line-height: normal; margin-bottom: 0.0001pt; text-align: justify;">
<span style="font-family: "georgia" , "times new roman" , serif;"><span style="font-size: large;">Pada lain pihak, investor telah menyiapkan ancang-ancang.
Sejumlah usulan diajukan untuk mempermudah perampokan hasil alam di berbagai
daerah. Mereka menilai, perlunya revisi terhadap beberapa peraturan
perundangan, seperti: UU Ketenagakerjaan, UU Pembebasan Lahan untuk
Infrastruktur, UU Tata Ruang, UU Kehutanan serta UU Pertambangan.</span></span></div>
<div class="MsoNormal" style="line-height: normal; margin-bottom: 0.0001pt; text-align: justify;">
<span style="font-family: "georgia" , "times new roman" , serif;"><span style="font-size: large;"><br /></span></span></div>
<div class="MsoNormal" style="line-height: normal; margin-bottom: 0.0001pt; text-align: justify;">
<span style="font-family: "georgia" , "times new roman" , serif;"><span style="font-size: large;">Fenomena tersebut jelas menarik minat investor untuk
meraup rupiah setinggi mungkin. Dengan klaim klasik, seperti mengurangi pengangguran
dan peningkatan ekonomi daerah, jalan lebar untuk menjadi orang kaya di negeri
ini semakin terbuka lebar. Memang jelas, kompromi negara sangat diperlukan
pemodal untuk menguasai sumber daya alam dan manusia di bumi bernama Indonesia.</span></span></div>
<div class="MsoNormal" style="line-height: normal; margin-bottom: 0.0001pt; text-align: justify;">
<span style="font-family: "georgia" , "times new roman" , serif;"><span style="font-size: large;"><br /></span></span></div>
<div class="MsoNormal" style="line-height: normal; margin-bottom: 0.0001pt; text-align: justify;">
<span style="font-family: "georgia" , "times new roman" , serif;"><span style="font-size: large;">Di sisi lain, publik hanya akan mendengar omong kosong
terkait turunnya angka kemiskinan, hingga keberhasilan pemerintah meningkatkan
ekonomi nasional. Kebijakan MP3EI terlalu bersahabat dengan peningkatan ekonomi
makro, sehingga peningkatan ekonomi yang digembar-gemborkan pemerintah tidak
lebih dari peningkatan kekayaan pemodal di seantero negeri.</span></span></div>
<div class="MsoNormal" style="line-height: normal; margin-bottom: 0.0001pt; text-align: justify;">
<span style="font-family: "georgia" , "times new roman" , serif;"><span style="font-size: large;"><br /></span></span></div>
<div class="MsoNormal" style="line-height: normal; margin-bottom: 0.0001pt; text-align: justify;">
<span style="font-family: "georgia" , "times new roman" , serif;"><span style="font-size: large;">Bisa dilihat, MP3EI merupakan lanjutan dari sejumlah
program pemerintah yang pro investor. Industri makro yang digadang-gadang
sebagai pompa perecepatan ekonomi nasional, tidak lebih dari lembaga keruk
sumber daya alam dan manusia di berbagai tempat. Potensi kekayaan alam yang
didominasi kelompok usaha tidak mungkin dihindari. Perusahaan tambang mendapat
lampu hijau untuk mengeruk habis hasil alam di sejumlah lokasi.</span></span></div>
<div class="MsoNormal" style="line-height: normal; margin-bottom: 0.0001pt; text-align: justify;">
<span style="font-family: "georgia" , "times new roman" , serif;"><span style="font-size: large;"><br /></span></span></div>
<div class="MsoNormal" style="line-height: normal; margin-bottom: 0.0001pt; text-align: justify;">
<span style="font-family: "georgia" , "times new roman" , serif;"><span style="font-size: large;">Atas nama peningkatan ekonomi, pemerintah tega menggadaikan
kekayaan alam yang seharusnya digunakan bagi kepentingan umum. Atas nama
pembangunan, masyarakat terancam kehilangan tanah, sawah, laut dan hutannya.</span></span></div>
<div class="MsoNormal" style="line-height: normal; margin-bottom: 0.0001pt; text-align: justify;">
<span style="font-family: "georgia" , "times new roman" , serif;"><span style="font-size: large;"><br /></span></span></div>
<div class="MsoNormal" style="line-height: normal; margin-bottom: 0.0001pt; text-align: justify;">
<span style="font-family: "georgia" , "times new roman" , serif;"><span style="font-size: large;">Tidak seperti yang dikisahkan pemerintah, bahwa MP3EI
merupakan program pengurangan angka kemiskinan di negara ini. Sebaliknya, konsep
pembangunan MP3EI jelas bernuansa private domain, dengan kata lain sejumlah
sumber daya alam yang selama ini bisa diakses publik terancam dikuasai
korporasi, baik nasional maupun multinasional.</span></span></div>
<div class="MsoNormal" style="line-height: normal; margin-bottom: 0.0001pt; text-align: justify;">
<span style="font-family: "georgia" , "times new roman" , serif;"><span style="font-size: large;"><br /></span></span></div>
<div class="MsoNormal" style="line-height: normal; margin-bottom: 0.0001pt; text-align: justify;">
<span style="font-family: "georgia" , "times new roman" , serif;"><span style="font-size: large;">Asumsi tadi, bisa dilihat dari berbagai upaya pemerintah
untuk mempermudah penanaman modal, pembebasan lahan hingga pembentukan Kawasan
Ekonomi Khusus. Klaim peningkatan ekonomi nasional bisa jadi sebuah program
ambisius yang jauh dari keberpihakan pada publik dan lingkungan. Barang tentu,
MP3EI akan membawa Indonesia pada neo kolonialisme, suatu saat di mana pribumi
menjadi kuli di tanahnya sendiri dan membiarkan korporasi menguras habis tenaga
dan sumber daya alam di sekitarnya.</span></span></div>
<div class="MsoNormal" style="line-height: normal; margin-bottom: 0.0001pt; text-align: justify;">
<span style="font-family: "georgia" , "times new roman" , serif;"><span style="font-size: large;"><br /></span></span></div>
<div class="MsoNormal" style="line-height: normal; margin-bottom: 0.0001pt; text-align: justify;">
<span style="font-family: "georgia" , "times new roman" , serif;"><span style="font-size: large;">***</span></span></div>
<div class="MsoNormal" style="line-height: normal; margin-bottom: 0.0001pt; text-align: justify;">
<span style="font-family: "georgia" , "times new roman" , serif;"><span style="font-size: large;"><br /></span></span></div>
<div class="MsoNormal" style="line-height: normal; margin-bottom: 0.0001pt; text-align: justify;">
<span style="font-family: "georgia" , "times new roman" , serif;"><span style="font-size: large;">Sulawesi Utara turut membenahi diri dalam rangka mendukung
program ambisus tersebut. Kawasan Ekonomi Khusus (KEK) Bitung menjadi prioritas
utama. Hingga saat ini, pemerintah masih terus berupaya mendesak realisasi KEK
Bitung. Namun, keinginan tersebut masih terhalang infrastruktur yang belum
memadai, sehingga upaya untuk mendesak perampungan jalan tol semakin digencarkan.</span></span></div>
<div class="MsoNormal" style="line-height: normal; margin-bottom: 0.0001pt; text-align: justify;">
<span style="font-family: "georgia" , "times new roman" , serif;"><span style="font-size: large;"><br /></span></span></div>
<div class="MsoNormal" style="line-height: normal; margin-bottom: 0.0001pt; text-align: justify;">
<span style="font-family: "georgia" , "times new roman" , serif;"><span style="font-size: large;">Tidak seperti ucapan pemerintah di sejumlah media massa
yang menghubungkan pembangunan jalan tol dengan kelancaran transportasi dan
penanggulangan kemacetan daerah. Percepatan pembangunan infrasturktur pendukung
diyakini bisa menarik minat investor inti, yang kemudian mengundang investor
lainnya, untuk menanamkan modal di Sulawesi Utara. Itu juga ditujukan agar
transaksi kapital di Kawasan Perhatian Investasi (KPI) Manado dan Bitung bisa
berjalan semakin lancar.</span></span></div>
<div style="text-align: left;">
<span style="font-family: "georgia" , "times new roman" , serif;"><span style="font-size: large;"><br /></span></span></div>
<div style="text-align: left;">
<span style="font-family: "georgia" , "times new roman" , serif;"><span style="font-size: large;">Sayangnya, selama ini publik selalu dibohongi oleh klaim
pemerintah yang berjanji menjadikan Sulawesi Utara sebagai pintu gerbang asia
pasifik, salah satunya dengan membuka kesempatan bagi kelompok industri untuk
mengeksploitasi hasil laut, pertanian dan pertambangan. Padahal, yang terjadi
selama ini hanyalah privatisasi sumber daya alam secara besar-besaran.</span></span></div>
<div style="text-align: left;">
<span style="font-family: "georgia" , "times new roman" , serif;"><span style="font-size: large;"><br /></span></span></div>
<div style="text-align: left;">
<span style="font-family: "georgia" , "times new roman" , serif;"><span style="font-size: large;"><span style="line-height: 115%;">Konsep Percepatan dan Perluasan Pembanguan Ekonomi,
terutama di Sulawesi Utara, tidak benar-benar ditujukan bagi kesejahteraan masyarakat.
MP3EI tidak ubahnya atraksi sulap untuk merubah lahan kolektif menjadi lahan
privat-korporat, pemanfaatan hasil alam berbasis kearifan lokal menjadi praktik
eksploitasi hasil alam secara tergesa-gesa dan serakah.</span></span></span></div>
</div>
Anonymoushttp://www.blogger.com/profile/12038917669940425148noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-442032710393410006.post-72497311408331505342013-02-16T05:00:00.000-08:002016-08-27T04:50:38.680-07:00Quo Vadis Pembatalan HP-3<div dir="ltr" style="text-align: left;" trbidi="on">
<div class="separator" style="clear: both; text-align: center;">
<a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEhwCgwVjvYsblDp1AouFP4eMdSR_FyNZ9U1TWcM1QExTC7dsgTpxSvuKPdlakU8ltCOaRVnrhX7BhwFcMl2UATwBUe6QqMioDnmUB-uUY2hnZmAZI6FKA4WEQkSqLgogtBBbjeA6omIW0dZ/s1600/stop-reklamasi.jpg" imageanchor="1" style="clear: left; float: left; margin-bottom: 1em; margin-right: 1em;"><!--[if gte mso 9]><xml>
<w:WordDocument>
<w:View>Normal</w:View>
<w:Zoom>0</w:Zoom>
<w:TrackMoves/>
<w:TrackFormatting/>
<w:PunctuationKerning/>
<w:ValidateAgainstSchemas/>
<w:SaveIfXMLInvalid>false</w:SaveIfXMLInvalid>
<w:IgnoreMixedContent>false</w:IgnoreMixedContent>
<w:AlwaysShowPlaceholderText>false</w:AlwaysShowPlaceholderText>
<w:DoNotPromoteQF/>
<w:LidThemeOther>EN-US</w:LidThemeOther>
<w:LidThemeAsian>X-NONE</w:LidThemeAsian>
<w:LidThemeComplexScript>X-NONE</w:LidThemeComplexScript>
<w:Compatibility>
<w:BreakWrappedTables/>
<w:SnapToGridInCell/>
<w:WrapTextWithPunct/>
<w:UseAsianBreakRules/>
<w:DontGrowAutofit/>
<w:SplitPgBreakAndParaMark/>
<w:DontVertAlignCellWithSp/>
<w:DontBreakConstrainedForcedTables/>
<w:DontVertAlignInTxbx/>
<w:Word11KerningPairs/>
<w:CachedColBalance/>
</w:Compatibility>
<w:BrowserLevel>MicrosoftInternetExplorer4</w:BrowserLevel>
<m:mathPr>
<m:mathFont m:val="Cambria Math"/>
<m:brkBin m:val="before"/>
<m:brkBinSub m:val="--"/>
<m:smallFrac m:val="off"/>
<m:dispDef/>
<m:lMargin m:val="0"/>
<m:rMargin m:val="0"/>
<m:defJc m:val="centerGroup"/>
<m:wrapIndent m:val="1440"/>
<m:intLim m:val="subSup"/>
<m:naryLim m:val="undOvr"/>
</m:mathPr></w:WordDocument>
</xml><![endif]--><!--[if gte mso 9]><xml>
<w:LatentStyles DefLockedState="false" DefUnhideWhenUsed="true"
DefSemiHidden="true" DefQFormat="false" DefPriority="99"
LatentStyleCount="267">
<w:LsdException Locked="false" Priority="0" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" QFormat="true" Name="Normal"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="9" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" QFormat="true" Name="heading 1"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="9" QFormat="true" Name="heading 2"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="9" QFormat="true" Name="heading 3"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="9" QFormat="true" Name="heading 4"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="9" QFormat="true" Name="heading 5"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="9" QFormat="true" Name="heading 6"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="9" QFormat="true" Name="heading 7"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="9" QFormat="true" Name="heading 8"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="9" QFormat="true" Name="heading 9"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="39" Name="toc 1"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="39" Name="toc 2"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="39" Name="toc 3"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="39" Name="toc 4"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="39" Name="toc 5"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="39" Name="toc 6"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="39" Name="toc 7"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="39" Name="toc 8"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="39" Name="toc 9"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="35" QFormat="true" Name="caption"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="10" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" QFormat="true" Name="Title"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="1" Name="Default Paragraph Font"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="11" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" QFormat="true" Name="Subtitle"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="22" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" QFormat="true" Name="Strong"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="20" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" QFormat="true" Name="Emphasis"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="59" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Table Grid"/>
<w:LsdException Locked="false" UnhideWhenUsed="false" Name="Placeholder Text"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="1" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" QFormat="true" Name="No Spacing"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="60" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Light Shading"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="61" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Light List"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="62" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Light Grid"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="63" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium Shading 1"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="64" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium Shading 2"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="65" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium List 1"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="66" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium List 2"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="67" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium Grid 1"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="68" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium Grid 2"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="69" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium Grid 3"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="70" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Dark List"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="71" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Colorful Shading"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="72" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Colorful List"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="73" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Colorful Grid"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="60" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Light Shading Accent 1"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="61" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Light List Accent 1"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="62" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Light Grid Accent 1"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="63" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium Shading 1 Accent 1"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="64" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium Shading 2 Accent 1"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="65" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium List 1 Accent 1"/>
<w:LsdException Locked="false" UnhideWhenUsed="false" Name="Revision"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="34" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" QFormat="true" Name="List Paragraph"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="29" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" QFormat="true" Name="Quote"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="30" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" QFormat="true" Name="Intense Quote"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="66" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium List 2 Accent 1"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="67" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium Grid 1 Accent 1"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="68" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium Grid 2 Accent 1"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="69" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium Grid 3 Accent 1"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="70" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Dark List Accent 1"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="71" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Colorful Shading Accent 1"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="72" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Colorful List Accent 1"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="73" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Colorful Grid Accent 1"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="60" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Light Shading Accent 2"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="61" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Light List Accent 2"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="62" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Light Grid Accent 2"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="63" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium Shading 1 Accent 2"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="64" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium Shading 2 Accent 2"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="65" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium List 1 Accent 2"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="66" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium List 2 Accent 2"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="67" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium Grid 1 Accent 2"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="68" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium Grid 2 Accent 2"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="69" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium Grid 3 Accent 2"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="70" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Dark List Accent 2"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="71" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Colorful Shading Accent 2"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="72" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Colorful List Accent 2"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="73" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Colorful Grid Accent 2"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="60" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Light Shading Accent 3"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="61" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Light List Accent 3"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="62" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Light Grid Accent 3"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="63" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium Shading 1 Accent 3"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="64" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium Shading 2 Accent 3"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="65" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium List 1 Accent 3"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="66" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium List 2 Accent 3"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="67" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium Grid 1 Accent 3"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="68" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium Grid 2 Accent 3"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="69" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium Grid 3 Accent 3"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="70" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Dark List Accent 3"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="71" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Colorful Shading Accent 3"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="72" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Colorful List Accent 3"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="73" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Colorful Grid Accent 3"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="60" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Light Shading Accent 4"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="61" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Light List Accent 4"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="62" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Light Grid Accent 4"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="63" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium Shading 1 Accent 4"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="64" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium Shading 2 Accent 4"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="65" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium List 1 Accent 4"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="66" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium List 2 Accent 4"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="67" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium Grid 1 Accent 4"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="68" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium Grid 2 Accent 4"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="69" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium Grid 3 Accent 4"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="70" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Dark List Accent 4"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="71" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Colorful Shading Accent 4"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="72" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Colorful List Accent 4"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="73" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Colorful Grid Accent 4"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="60" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Light Shading Accent 5"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="61" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Light List Accent 5"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="62" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Light Grid Accent 5"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="63" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium Shading 1 Accent 5"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="64" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium Shading 2 Accent 5"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="65" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium List 1 Accent 5"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="66" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium List 2 Accent 5"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="67" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium Grid 1 Accent 5"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="68" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium Grid 2 Accent 5"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="69" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium Grid 3 Accent 5"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="70" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Dark List Accent 5"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="71" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Colorful Shading Accent 5"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="72" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Colorful List Accent 5"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="73" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Colorful Grid Accent 5"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="60" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Light Shading Accent 6"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="61" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Light List Accent 6"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="62" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Light Grid Accent 6"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="63" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium Shading 1 Accent 6"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="64" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium Shading 2 Accent 6"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="65" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium List 1 Accent 6"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="66" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium List 2 Accent 6"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="67" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium Grid 1 Accent 6"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="68" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium Grid 2 Accent 6"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="69" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium Grid 3 Accent 6"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="70" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Dark List Accent 6"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="71" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Colorful Shading Accent 6"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="72" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Colorful List Accent 6"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="73" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Colorful Grid Accent 6"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="19" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" QFormat="true" Name="Subtle Emphasis"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="21" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" QFormat="true" Name="Intense Emphasis"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="31" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" QFormat="true" Name="Subtle Reference"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="32" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" QFormat="true" Name="Intense Reference"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="33" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" QFormat="true" Name="Book Title"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="37" Name="Bibliography"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="39" QFormat="true" Name="TOC Heading"/>
</w:LatentStyles>
</xml><![endif]--><!--[if gte mso 10]>
<style>
/* Style Definitions */
table.MsoNormalTable
{mso-style-name:"Table Normal";
mso-tstyle-rowband-size:0;
mso-tstyle-colband-size:0;
mso-style-noshow:yes;
mso-style-priority:99;
mso-style-qformat:yes;
mso-style-parent:"";
mso-padding-alt:0cm 5.4pt 0cm 5.4pt;
mso-para-margin:0cm;
mso-para-margin-bottom:.0001pt;
mso-pagination:widow-orphan;
font-size:11.0pt;
font-family:"Calibri","sans-serif";
mso-ascii-font-family:Calibri;
mso-ascii-theme-font:minor-latin;
mso-fareast-font-family:"Times New Roman";
mso-fareast-theme-font:minor-fareast;
mso-hansi-font-family:Calibri;
mso-hansi-theme-font:minor-latin;
mso-bidi-font-family:"Times New Roman";
mso-bidi-theme-font:minor-bidi;}
</style>
<![endif]-->
</a></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify; text-indent: 1cm;">
<div class="separator" style="clear: both; text-align: center;">
<a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEhwCgwVjvYsblDp1AouFP4eMdSR_FyNZ9U1TWcM1QExTC7dsgTpxSvuKPdlakU8ltCOaRVnrhX7BhwFcMl2UATwBUe6QqMioDnmUB-uUY2hnZmAZI6FKA4WEQkSqLgogtBBbjeA6omIW0dZ/s1600/stop-reklamasi.jpg" imageanchor="1" style="clear: left; float: left; margin-bottom: 1em; margin-right: 1em;"><img border="0" height="200" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEhwCgwVjvYsblDp1AouFP4eMdSR_FyNZ9U1TWcM1QExTC7dsgTpxSvuKPdlakU8ltCOaRVnrhX7BhwFcMl2UATwBUe6QqMioDnmUB-uUY2hnZmAZI6FKA4WEQkSqLgogtBBbjeA6omIW0dZ/s200/stop-reklamasi.jpg" width="170" /></a></div>
<b><i>Awal desember silam, nyaris bersamaan
dengan semarak Santa Clauss, Presiden menerbitkan peraturan bernomor 122 Tahun
2012 tentang reklamasi di wilayah pesisir dan pulau-pulau kecil. Sejumlah pasal
nampak memberi penekanan mengenai “reklamasi yang baik”, setidaknya itulah
harapan di balik kebijakan tersebut. Keputusan itu, seakan memberi karpet merah
kepada pengusaha-pengusaha bermodal besar, lewat kaidah normatif yang tak sulit
dipenuhi. Walau dalam perkembangannya beresiko menyingkirkan kepentingan
publik, terutama masyarakat pesisir.</i></b><br />
<a name='more'></a></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify; text-indent: 1.0cm;">
<br /></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify; text-indent: 1cm;">
Agaknya tak berlebihan mengatakan
aktifitas reklamasi di daerah pesisir sedang menggejala di sejumlah kota besar
di Indonesia. Buktinya, pemerintah daerah di beberapa tempat getol menjanjikan
peningkatan ekonomi bagi masyarakat bila lahan baru berhasil dicetak. Ada
semacam keyakinan, reklamasi menjadi jalan yang paling riuh untuk menciptakan
lapangan pekerjaan bagi masyarakat luas.</div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify; text-indent: 1.0cm;">
<br /></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify; text-indent: 1cm;">
Beberapa daerah bisa disebutkan untuk
mendukung asumsi sebelumnya, seperti: Jakarta, Tanggerang Makassar dan Manado.
Sekali lagi dengan alasan yang “beda-beda tipis”. Tangerang, misalnya, menjadi
daerah paling ambisus dalam melakukan pembangunan lewat cara ini. Sekitar 9000
hektar laut siap disulap menjadi darat demi menciptakan kota baru dengan enam
pulau yang direncanakan menjadi kawasan bisnis terpadu.</div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify; text-indent: 1.0cm;">
<br /></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify; text-indent: 1cm;">
Lahirnya <a href="http://downloads.ziddu.com/download/23613859/Tahun2012_ReklamasiWilayahPesisirPulau-pulauKecil.pdf.html" target="_blank">peraturan Presiden nomor 122tahun 2012</a>, turut membuka peluang meneruskan aktifitas “membumikan darat” di
tempat-tempat lain. Daerah <span style="mso-spacerun: yes;"> </span>yang masih
merasa “rendah diri” seperti diberi rangsangan untuk mengikuti geliat tersebut.
Sementara daerah yang sedang merencanakan pelaksanaan aktifitas reklamasi
seakan tersenyum lebar dengan keluarnya Peraturan Presiden itu. Negara telah
memberi rambu-rambu yang harus dipenuhi agar aktifitas penimbunan bisa
dijalankan. Kaidah normatif tidak sulit untuk dipenuhi <i style="mso-bidi-font-style: normal;">developer</i>, kecuali mereka belum bisa membujuk masyarakat pesisir.</div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify; text-indent: 1.0cm;">
<br /></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify; text-indent: 1cm;">
Malahan, dalam peraturan tersebut, negara
memberi jalan pintas bagi pihak penimbun pantai untuk memperoleh ijin lokasi. Menteri,
gubernur, walikota atau bupati wajib memberi atau menolak permohonan ijin
lokasi reklamasi paling lambat dalam waktu 20 hari kerja. Dan bila sampai pada
saat yang ditentukan tidak memberi respon, maka permohonan ijin lokasi sudah
berada di tangan pemohon. Seperti yang dituliskan di pasal 17 ayat 4, <i style="mso-bidi-font-style: normal;">“apabila dalam jangka waktu 20 (dua puluh)
hari kerja tidak memberikan atau menolak permohonan, maka permohonan dianggap
disetujui dan wajib mengeluarkan ijin”</i>. </div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify; text-indent: 1.0cm;">
<br /></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify; text-indent: 1cm;">
Tidak berhenti sampai di situ. Pemerintah
kembali memberi kemudahan untuk mendapatkan ijin pelaksanaan reklamasi. Tercatat
dalam pasal 18, ijin pelaksanaan reklamasi secara sah didapatkan bila dalam
kurun 45 hari kerja tidak ada sikap, secara tertulis, menerima atau menolak
dari Menteri, Gubernur, Walikota atau Bupati. Tentu saja ini menjadi kabar yang
cukup menggembirakan bagi penggemar reklamasi.</div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify; text-indent: 1.0cm;">
<br /></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify; text-indent: 1cm;">
Namun, ada kesan tidak kompak ide antara Presiden
dengan Mahkamah Konstitusi (MK). Padahal, Peraturan Presiden mengenai reklamasi
di wilayah pesisir dan pulau-pulau kecil tetap menengok pada UU nomor 27 tahun 2007 yang telah dibatalkan oleh MK, pada 16 Juni 2011 silam. Salah satu alasan yang
mendasari tindakan MK adalah penilaian bahwa HP-3 merupakan praktik privatisasi
ruang publik dengan pengkaplingan wilayah pesisir untuk dijadikan <i style="mso-bidi-font-style: normal;">private ownership</i> dan <i style="mso-bidi-font-style: normal;">close ownership</i>, yang tidak sesuai
dengan konstitusi.</div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify; text-indent: 1.0cm;">
<br /></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify; text-indent: 1cm;">
Dengan berlangsungnya privatisasi ruang
publik, MK mengkhawatirkan, hak-hak masyarakat adat dan tradisional semakin
terpinggirkan. Padahal, negara tidak boleh memberangus hak-hak masyarakat yang
dilindungi konstitusi, karena negara memiliki tanggung-jawab memajukkan
kesejahteraan umum dan keadilan sosial bagi seluruh rakyat.</div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify; text-indent: 1.0cm;">
<br /></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify; text-indent: 1cm;">
Bagian ini menjadi bagian yang menarik.
Ijin reklamasi, seperti yang diatur Presiden, adalah praktik menghidupkan
kembali apa yang sudah dibatalkan MK, karena begitu sulit mengatakan reklamasi
tidak bersifat <i style="mso-bidi-font-style: normal;">private domain</i>, <i style="mso-bidi-font-style: normal;">private ownership</i> atau <i style="mso-bidi-font-style: normal;">close ownership</i>. Laut yang telah disulap
menjadi darat kemudian diubah lagi menjadi lahan bisnis adalah lokasi yang
dikuasai oleh individu atau kelompok tertentu, sebagai lahan investasi kapital.
</div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify; text-indent: 1.0cm;">
<br /></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify; text-indent: 1cm;">
Perpres mengenai reklamasi ini, secara
tidak langsung menempatkan konstitusi dalam kotak paradoks. Betapa tidak,
pembatalan HP-3 oleh MK, menggunakan UUD 45 pasal 33 ayat 3 sebagai dasarnya yang
terdiri dari rangkaian kata seperti berikut: <i style="mso-bidi-font-style: normal;">“Bumi dan air dan kekayaan alam yang terkandung di dalamnya dikuasai
oleh negara,” </i>dengan memberi penekanan lebih pada<i style="mso-bidi-font-style: normal;"> “dan dipergunakan untuk sebesar-besar kemakmuran rakyat”</i>. Di sisi
lain, peraturan Presiden memberi penekanan pada pasal 4 ayat 1 yang berbunyi<i style="mso-bidi-font-style: normal;"> “Presiden Republik Indonesia memegang
kekuasaan pemerintahan menurut Undang-Undang Dasar”</i>.</div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify; text-indent: 1.0cm;">
<br /></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify; text-indent: 1cm;">
Bukan sekedar perbedaan persepsi yang
terjadi di sini. Sebagai lembaga kehakiman yang memiliki kewenangan mengadili
pada tingkat pertama dan terakhir, yang putusannya bersifat final untuk menguji
undang-undang terhadap Undang-Undang Dasar, seperti diatur konstitusi, penerapan
kembali UU No 27 tahun 2007 oleh Presiden secara tidak langsung nampaknya
mengabaikan posisi MK. Presiden dengan jelasnya mengijinkan praktik-praktik
privatisasi dan memberangus hak-hak publik, khususnya masyarakat pesisir dan
nelayan tradisional.</div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify; text-indent: 1.0cm;">
<br /></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify; text-indent: 1cm;">
Bahkan, penggunaan pasal 4 ayat 1 UUD 45,
dengan mengabaikan kepentingan masyarakat luas, hanya akan menempatkan Presiden
sebagai sosok diktatorial. Lewat dalil kekuasaan yang dimilikinya, presiden
bisa saja menetapkan kebijakan yang bertentangan dengan kepentingan umum. Namun,
sebagai negara yang mencatatkan <i style="mso-bidi-font-style: normal;">welfare
state</i> di konstitusinya, Presiden sebagai representasi rakyat Indonesia,
tidak bisa mengeluarkan kebijakan yang hanya menguntungkan segelintir pihak
saja. Apalagi dengan menggusur hak-hak masyarakat pesisir dan nelayan
tradisional. Janji mendirikan negara adalah untuk mensejahterakan rakyatnya. Dan,
rakyat bukanlah tumbal pembangunan.</div>
<div class="separator" style="clear: both; text-align: center;">
<a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEhwCgwVjvYsblDp1AouFP4eMdSR_FyNZ9U1TWcM1QExTC7dsgTpxSvuKPdlakU8ltCOaRVnrhX7BhwFcMl2UATwBUe6QqMioDnmUB-uUY2hnZmAZI6FKA4WEQkSqLgogtBBbjeA6omIW0dZ/s1600/stop-reklamasi.jpg" imageanchor="1" style="clear: left; float: left; margin-bottom: 1em; margin-right: 1em;"></a></div>
</div>
Unknownnoreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-442032710393410006.post-4224253398482503102013-02-02T07:58:00.001-08:002016-08-27T02:08:15.357-07:00Ada Reklamasi Pantai Di Balik Seng <div dir="ltr" style="text-align: left;" trbidi="on">
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
<b><span style="font-family: "georgia" , "times new roman" , serif; font-size: large;">Ada Reklamasi Pantai Di Balik Seng </span></b></div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
<i><b>Eskavator seperti mengamuk ketika melemparkan bebatuan raksasa ke laut. Dentuman demi dentuman berhasil meredam suara ombak. Aktivitas reklamasi pantai, di Sario Tumpaan, kembali berjalan. Seminggu belakangan (20-29 Januari 2013), perahu nelayan harus menyaksikan aktivitas itu untuk kesekian kalinya. Dengan sekali lompat, batu-batu raksasa bisa saja menyentuh badan perahu. Uniknya, tak ada satu pun perahu meninggalkan parkirnya. </b></i></div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div class="separator" style="clear: both; text-align: center;">
<a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEhTqNa6BVimT2lzYPqj0m85FT7d4In75AwKRcy-ybDkAOoUkxNa_IYGDQeZyST11z7GfVaMv3aI63Z6OvZ0pG0F2z9v5V5V2IMKU43aiZbmB415EXjRKqxlzotO44AggftgEGQBxUFMN4IC/s1600/2.jpg" imageanchor="1" style="clear: left; float: left; margin-bottom: 1em; margin-right: 1em;"><img border="0" height="240" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEhTqNa6BVimT2lzYPqj0m85FT7d4In75AwKRcy-ybDkAOoUkxNa_IYGDQeZyST11z7GfVaMv3aI63Z6OvZ0pG0F2z9v5V5V2IMKU43aiZbmB415EXjRKqxlzotO44AggftgEGQBxUFMN4IC/s320/2.jpg" width="320" /></a></div>
<div style="text-align: justify;">
Sayang, tak banyak pengguna jalan Piere Tendean menyaksikannya. Barisan seng menjadi batas penghalang mata untuk memandang aktivitas mengerikan itu. Reklamasi pantai, yang tersembunyi di balik seng, dipandang sebagai batas antara publik dengan penimbun. </div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Hak untuk menikmati keindahan alam, kini menjadi lahan privat sekelompok “orang berduit” untuk melancarkan program-program ambisiusnya. Tentu saja dengan klaim bahwa pembangunan kota dilakukan untuk membuka lapangan pekerjaan bagi masyarakat luas<br />
<a name='more'></a>. </div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Tak berhenti sampai di situ. Publik juga kehilangan kesempatan untuk mengawasi proses penimbunan. Gerak batu yang digelindingkan eskavator berkompetensi meluncur tanpa protes publik, meski pun berada di luar prosedur. </div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Meski status kepemilikan laut masih terus diperdebatkan namun arogansi penimbun pantai bisa disaksikan lewat jajaran seng yang “memantati” laut. Hal ini, yang oleh Rignolda Djamaluddin, ketua Asosiasi Nelayan Tradisional Sulawesi Utara (Antra Sulut), dipandang begitu memprihatinkan. Klaim atas hak milik laut dinilainya sebagai lelucon, karena Undang-Undang Dasar telah mengatur mengenai permasalahan itu. </div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
“Sudah jelas disebutkan dalam konstitusi, bahwa bumi, air dan kekayaan alam yang terkandung didalamnya dikuasai Negara dan dipergunakan sebesar-besarnya untuk kemakmuran rakyat. Tapi, apa yang kita lihat sekarang, penimbun seenaknya menghalangi publik untuk menikmati keindahan laut,” sesalnya. </div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Selain itu, kritik mengenai aktivitas reklamasi pantai, diarahkan juga pada janji yang tinggal janji. Sekitar tahun 1995 silam, ketika reklamasi pantai masih dibungkus harapan, pemerintah dan penimbun pernah berjanji bahwa reklamasi pantai tak akan memberangus hak-hak publik. </div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Namun, dalam perkembangannya, sejumlah janji tak kunjung terealisasi. Misalnya saja, kendaraan bermotor yang ingin melintasi jalur pantai, harus merogoh kocek beberapa ribu. Sebagai lahan yang bukan lagi miliknya, pengguna jalan harus membayar jasa pada pemilik lahan. </div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Memang terlihat sederhana. Namun, jika ditelusuri lebih dalam lagi, reklamasi pantai jelas merampas fasilitas publik. Investor, yang telah merampas lahan, masih berhak menagih retribusi pada pengguna jalan. </div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Kini, aktivitas penimbunan yang masih diperdebatkan legalitasnya, mesti mendapat respon masyarakat luas. Sisa pantai, yang belakangan dimanfaatkan berbagai pihak, baik untuk fotografi, berenang maupun sekedar menikmati sun set, tak bisa ditutup sewenang-wenang. </div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Masyarakat wajib merasa terusik akan permasalahan ini. Perampasan hak tak boleh lagi terjadi. Penghalang kebebasan untuk menikmati pesona alam, sesegera mungkin harus dirobohkan. Sehingga keindahan potensi pantai bukan lagi milik sedikit orang, namun digunakan sebesar-besarnya untuk kepentingan rakyat. </div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
*** </div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Setelah sempat diberhentikan oleh pemerintah kota Manado, aktivitas reklamasi pantai kembali berlangsung di daerah Sario Tumpaan. Dengan geram nelayan Sario Tumpaan, melalui Asosiasi Nelayan Tradisional Sulawesi Utara (Antra Sulut), mempertanyakan legalitas penimbunan kali ini. </div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Nelayan menduga, penimbunan pantai kali ini, merupakan ajang pamer kekuatan yang dilakukan investor. Di sisi lain, mereka mempertanyakan posisi pemerintah kota, sebagai representasi pemerintah pusat, dalam mengawal pembangunan daerah. </div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Sayangnya, jika penimbunan kali ini berjalan di luar pengetahuan pemerintah kota, maka secara bersamaan terlihat kekuatan investor dalam mempengaruhi kebijakan pembangunan. Namun, keadaan tersebut bisa menggiring pendapat masyarakat luas, terutama nelayan, pada ketidakmampuan pemerintah kota dalam membina “kebandelan” penggelinding batu. </div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Hadangan “seng” nampaknya juga menghalangi pandangan pemerintah daerah dalam mengawasi reklamasi pantai. Hal ini menjadi salah satu alasan resah bagi nelayan Sario Tumpaan. </div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Seperti diucapkan Rignolda Djamaluddin, penimbun seakan berkuasa atas laut dan besar kemungkinan melanggar peraturan. Menurutnya, tanpa pengawalan pemerintahan daerah, reklamasi pantai sangat mungkin melangkah di luar prosedur dan kelayakan. </div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
“Reklamasi pantai selalu spesial. Sejak tahun 2009, telah terjadi penggusuran nelayan serta lingkungan pantai terganggu oleh bebatuan. Seolah-olah penimbun berkuasa atas laut, meski telah melanggar ketentuan dalam dokumen lingkungan. Dari sini, kami mempertanyakan pengawasan pemerintah,” gugatnya. </div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Di sisi lain, berlangsungnya reklamasi pantai untuk kesekian kalinya, menunjukkan posisi pemerintah daerah begitu lemah di mata penimbun. Mengingat, beberapa bulan lalu, telah ada instruksi pemberhentian secara langsung dari pemerintah kota mengenai reklamasi pantai di Sario Tumpaan. </div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Namun, yang terjadi di lapangan, aktivitas penimbunan kembali berproses dengan atau tanpa pengawasan dan pertimbangan pemerintah kota. Hal ini menimbulkan penilaian bahwa investor memiliki kekuatan melebihi pemerintah kota. </div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Kasus ini diyakini sebagai ajang pertaruhan bagi pemerintah kota maupun provinsi. “Sejarah akan mencatatnya. Mengijinkan atau menghentikan proses penimbunan adalah jalan yang harus dipilih secara bijak,” ungkap Rignolda dengan begitu yakin. </div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Pemerintah dan masyarakat tidak boleh membiarkan laut dikelola secara serampangan. Karena dengan jelas konstitusi telah mengatur mengenai tata kelola dan pemanfaatan lingkungan. Segala peraturan yang dibuat, seharusnya tak boleh melangkahi ketetapan negara, dalam hal ini Undang-Undang Dasar 1945. </div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Kenyataan tersebut semakin membuat nelayan Sario Tumpaan semakin gerah. Apalagi, selama ini publik kenyang dijejali klaim bahwa reklamasi pantai meningkatkan pendapatan ekonomi daerah. Dan, nelayan menyatakan, klaim tersebut tak boleh ditelan mentah-mentah. Sebab, selain mengancam eksistensi profesi kenelayanan, reklamasi pantai dalam perkembangnya cuma menguntungkan segelintir pihak. </div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
“Peredaran uang hanya mengalir ke beberapa orang saja, dan menghasilkan ketimpangan ekonomi yang begitu jauh,” jelas Rignolda. </div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Tak seperti ribut suara eskavator, partisipasi masyarakat sekitar seakan dibungkam, dan penimbun melakukan aksinya tanpa suara. Nelayan Sario Tumpaan mulai pasang badan. Sedikit saja batu lewat kesepakatan, maka tindakan-tindakan perlawanan telah dipersiapkan untuk mempertahankan hak hidup. Dengan atau tanpa bantuan pemerintah daerah. </div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Meski pun pemerintah kota kembali memerintahkan pemberhentian aktivitas reklamasi pantai, Rabu (30/1/2012), namun seruan untuk menyatakannya secara tertulis tak juga surut. Instruksi pemberhentian reklamasi pantai secara lisan dinilai kosong, tanpa bukti yang bisa dijadikan pegangan, bagi nelayan dan masyarakat umum. </div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
“Saatnya pemerintah memberi putusan mengenai pemberhentian reklamasi pantai. Sudah cukup reklamasi pantai merusak lingkungan dan menimbulkan kerugian bagi publik. Pemerintah harus segera bertindak,” desaknya. </div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Nelayan Sario Tumpaan turut mengajak masyarakat luas untuk tidak tergiring pada dominasi informasi, yang cenderung menceritakan keberhasilan reklamasi pantai. Karena, pada kenyataannya, sejumlah resiko kerugian reklamasi pantai terlalu sedikit disinggung dalam proses pembangunan dewasa ini.</div>
</div>
Unknownnoreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-442032710393410006.post-47040161823321285732013-01-14T04:46:00.003-08:002016-08-27T05:14:22.130-07:00Nelayan Sario Tumpaan Menolak Reklamasi Pantai<div dir="ltr" style="text-align: left;" trbidi="on">
<table align="center" cellpadding="0" cellspacing="0" class="tr-caption-container" style="margin-left: auto; margin-right: auto; text-align: center;"><tbody>
<tr><td style="text-align: center;"><a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEilPZfmO7q3lN7eTJVBwSDr43Ig1gllpPOpYfcWgbCTUA7RhMSFi4yA6oTTvckFvOt28XEd-RDmEsNUBQzWOfYoi5aa6NHoF5g2E6Dx85hmtjFa-t_m0QzoHJoj9Ynv836W3oG4XfCHZRI/s1600/Aksi+Antra.JPG" imageanchor="1" style="margin-left: auto; margin-right: auto;"><img border="0" height="360" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEilPZfmO7q3lN7eTJVBwSDr43Ig1gllpPOpYfcWgbCTUA7RhMSFi4yA6oTTvckFvOt28XEd-RDmEsNUBQzWOfYoi5aa6NHoF5g2E6Dx85hmtjFa-t_m0QzoHJoj9Ynv836W3oG4XfCHZRI/s640/Aksi+Antra.JPG" width="640" /></a></td></tr>
<tr><td class="tr-caption" style="text-align: center;">Sumber Foto: http://www.sindutile.com/</td></tr>
</tbody></table>
<br />
<br />
<div align="center" class="MsoNormal" style="margin-bottom: 0.0001pt; text-align: center; text-indent: 1cm;">
<b><span style="font-family: "times new roman" , "serif"; font-size: 14.0pt;">Nelayan</span></b><b><span style="font-family: "times new roman" , "serif"; mso-bidi-font-size: 12.0pt;">
</span></b><b><span style="font-family: "times new roman" , "serif"; font-size: 14.0pt;">Sario Tumpaan
Menolak Reklamasi Pantai<o:p></o:p></span></b></div>
<div align="center" class="MsoNormal" style="margin-bottom: 0.0001pt; text-align: center; text-indent: 1cm;">
<b><span style="font-family: "times new roman" , "serif"; mso-bidi-font-size: 12.0pt;">(Perilaku
Komunikasi Sebagai Strategi Advokasi)<o:p></o:p></span></b><br />
<span style="text-align: justify;"><i>oleh : Themmy Doaly</i></span></div>
<div align="center" class="MsoNormal" style="text-align: center; text-indent: 1cm;">
<br /></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify; text-indent: 1cm;">
<span style="font-family: 'times new roman', serif; font-size: 12pt; text-indent: 1cm;">Dalam
pandangan klasik, informasi yang disebarkan media massa memiliki kekuatan untuk
mempengaruhi khalayaknya. Penonton televisi, misalnya, diyakini cenderung
terseret dominasi pesan, yang pada akhirnya menduplikasi penampilan atau
penuturan tokoh yang ditampilkan di televisi. Sedangkan, jika ditinjau dari
sisi komunikasi antar manusia, masih dalam persepektif klasik, orang atau
kelompok yang memiliki kelas sosial
“lebih tinggi” sangat mungkin mempengaruhi orang atau kelompok yang
tingkatannya “lebih rendah”, lewat retorika (penyampaian pesan yang indah dan
menarik) atau dengan menggunakan simbol-simbol kelas yang dimilikinya.</span></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify; text-indent: 1cm;">
<span style="font-family: "times new roman" , "serif"; font-size: 12.0pt;"><br /></span>
<span style="font-family: "times new roman" , "serif"; font-size: 12.0pt;">Kedua
pandangan tersebut masih dipertahankan hingga sekarang, namun tidak lagi
sebagai gagasan yang mendominasi. Pergeseran persepektif mulai terjadi<span class="MsoEndnoteReference"><!--[if !supportFootnotes]--><span class="MsoEndnoteReference"><span style="font-size: 12pt; line-height: 115%;">[1]</span></span><!--[endif]--></span>. Komunikasi
bukan hanya sebagai upaya mempengaruhi, tetapi juga laku menafsirkan pesan
secara bersama<span class="MsoEndnoteReference"><!--[if !supportFootnotes]--><span class="MsoEndnoteReference"><span style="font-size: 12pt; line-height: 115%;">[2]</span></span><!--[endif]--></span>.
Dengan kata lain, manusia tidak bisa disamakan dengan tikus<span class="MsoEndnoteReference"><!--[if !supportFootnotes]--><span class="MsoEndnoteReference"><span style="font-size: 12pt; line-height: 115%;">[3]</span></span><!--[endif]--></span>
yang pasrah menerima stimulus dari luar dirinya. Manusia, oleh psikolog
kontemporer, memiliki <i>filter conceptual</i>
yang dibentuk melalui <i>term of reference</i>
(kelompok rujukan) dan <i>field of
experience </i>(lapangan pengalaman). Ada semacam sistem penyaring pesan yang
lahir lewat proses belajar dari kelompok rujukan dan lapangan pengalaman.
Setiap aktor kehidupan akan berupaya menyaring segala macam pesan, dengan
menerima yang berguna dan menolak hal yang merugikan dirinya.</span></div>
<a name='more'></a><o:p></o:p><br />
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify; text-indent: 1cm;">
<span style="font-family: "times new roman" , "serif"; font-size: 12.0pt;">Gagasan
terakhir, saya kira, mendapat tempat dalam aksi nelayan Sario Tumpaan ketika
menolak reklamasi pantai, 2009-2012 silam. Meski sejumlah media massa, termasuk
jurnal ilmiah, pernah menceritakan sisi positif reklamasi pantai, dan meski
aktifitas penimbunan mendapat restu pemerintah kota, namun mereka berani
menentangnya. Proses komunikasi yang tak mesra pun terjadi: mulai <i>hearing</i> yang dipenuhi debat, demonstrasi
sambil menggotong perahu, hingga blokade aktifitas penimbunan. Sikap masyarakat
kota Manado jelas terbelah dalam dua kutub: antara sepakat dan tidak. Hal yang
biasa tentunya. Namun, perdebatan yang terjadi dan timbul ke permukaan
menunjukkan bahwa proses komunikasi yang partisipatoris sedang terjadi pada
satu titik di kota ini.<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify; text-indent: 1cm;">
<span style="font-family: "times new roman" , "serif"; font-size: 12.0pt;"><br /></span>
<span style="font-family: "times new roman" , "serif"; font-size: 12.0pt;"><br /></span>
<span style="font-family: "times new roman" , "serif"; font-size: 12.0pt;">Lewat
esai ini, saya berupaya menelusuri secara mendalam perilaku komunikasi kelompok
nelayan dalam menolak reklamasi pantai, dengan membatasi penelusuran informasi
pada “kenapa” dan “bagaimana” nelayan melakukan aksi tersebut. Tak banyak ditemukan
gagasan-gagasan ahli, khususnya dari sudut komunikasi, dalam penyajiannya.
Karena, saya berharap, hal tersebut bisa membantu kita mendapatkan deskripsi
yang natural dan komperhensif mengenai alasan dan tindakan yang dilakukan
nelayan. <o:p></o:p></span></div>
<div align="center" class="MsoNormal" style="text-align: center; text-indent: 1cm;">
<span style="font-family: "times new roman" , "serif"; font-size: 12.0pt;">***<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify; text-indent: 1cm;">
<span style="font-family: "times new roman" , "serif"; font-size: 12.0pt;"><br /></span>
<span style="font-family: "times new roman" , "serif"; font-size: 12.0pt;">Saya
yakin, ada alasan kuat di balik ketidaksepakatan nelayan pada aktifitas
reklamasi pantai, yang barangkali luput dari perhatian sejumlah besar
masyarakat kota Manado, khususnya para peneliti yang memiliki kedekatan
intelektual dengan kajian tersebut. Alasan-alasan yang mungkin timbul
berdasarkan pengalaman hidup nelayan.<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify; text-indent: 1cm;">
<span style="font-family: "times new roman" , "serif"; font-size: 12.0pt;"><br /></span>
<span style="font-family: "times new roman" , "serif"; font-size: 12.0pt;">Sejumlah
besar informan berasumsi, dampak reklamasi pantai cenderung merusak lingkungan
dan merugikan pendapatan ekonomi mereka. Kerusakan lingkungan dinilai sangat
mungkin melahirkan efek domino, tidak berhenti pada kerugian ekonomi, tapi juga
mengarah pada genosida profesi kenelayanan<span class="MsoEndnoteReference"><!--[if !supportFootnotes]--><span class="MsoEndnoteReference"><span style="font-size: 12pt; line-height: 115%;">[4]</span></span><!--[endif]--></span>.
Sebenarnya, hal yang disinggung sebelumnya, pernah dicatatkan dalam sejumlah
publikasi ilmiah<span class="MsoEndnoteReference"><!--[if !supportFootnotes]--><span class="MsoEndnoteReference"><span style="font-size: 12pt; line-height: 115%;">[5]</span></span><!--[endif]--></span>.
Beberapa penelitian mengenai dampak reklamasi pantai, memang menempatkan
nelayan dalam posisi yang dirugikan, namun tetap memberi pembelaan dengan
pernyataan seperti <i>“peningkatan
pendapatan ekonomi daerah”</i>.<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify; text-indent: 1cm;">
<span style="font-family: "times new roman" , "serif"; font-size: 12.0pt;"><br /></span>
<span style="font-family: "times new roman" , "serif"; font-size: 12.0pt;">Sementara
itu, dalam notulensi diskusi 28 Januari 2010,
saya menemukan beberapa hal mengenai dampak reklamasi pantai yang luput
dari perhatian para peneliti. Salah satunya, resiko kerusakan lingkungan yang ditimbulkan.
Reklamasi pantai diduga berpotensi mengancam keanekaragaman terumbu karang,
ikan-ikan karang dan organisme hidup lain, karena habitatnya rusak akibat
ditimbun, serta mengakibatkan banjir saat musim penghujan.<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify; text-indent: 1cm;">
<span style="font-family: "times new roman" , "serif"; font-size: 12.0pt;"><br /></span>
<span style="font-family: "times new roman" , "serif"; font-size: 12.0pt;">Alasan
lain adalah dugaan pelanggaran undang-undang yang dilakukan oleh penimbun.
Sebagai pihak yang paling terkena dampak langsung reklamasi pantai, nelayan
merasa tidak dilibatkan dalam pengambilan keputusan. Padahal, dalam UU No 32 Tahun 2009 Tentang Perlindungan dan
Pengelolaan Lingkungan Hidup, hal serupa juga tercantum di dalamnya. Seperti
yang dijelaskan dalam pasal 26 <i>“Pelibatan masyarakat harus dilakukan
berdasarkan prinsip pemberian informasi yang transparan dan lengkap serta
diberitahukan sebelum kegiatan dilaksanakan”. </i>Sedangkan, dalam peraturan
pemerintah No 27 Tahun 1999 Tentang Analsisi Mengenai Dampak Lingkungan,
penjelasan secara khusus mengenai hal tersebut bisa ditemukan secara jelas pada
Pasal 33 ayat 1, yang berbunyi <i>“... Setiap usaha dan/atau kegiatan
sebagaimana dimaksud dalam Pasal 3 ayat (2) wajib diumumkan terlebih dahulu
kepada masyarakat sebelum pemrakarsa menyusun analisis mengenai dampak
lingkungan hidup”.</i><o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify; text-indent: 1cm;">
<span style="font-family: "times new roman" , "serif"; font-size: 12.0pt;"><br /></span>
<span style="font-family: "times new roman" , "serif"; font-size: 12.0pt;">Serangkaian analisis internal yang telah disajikan,
bukan saja menunjukkan alasan-alasan di balik penolakan terhadap reklamasi
pantai di Sario Tumpaan, tetapi juga turut menunjukkan kemampuan nelayan dalam
menggunakan alat-alat pertahanan diri. Salah satunya dengan menggunakan
undang-undang.<o:p></o:p></span></div>
<div align="center" class="MsoNormal" style="text-align: center; text-indent: 1cm;">
<span style="font-family: "times new roman" , "serif"; font-size: 12.0pt;"><br /></span>
<span style="font-family: "times new roman" , "serif"; font-size: 12.0pt;">***<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify; text-indent: 1cm;">
<span style="font-family: "times new roman" , "serif"; font-size: 12.0pt;"><br /></span>
<span style="font-family: "times new roman" , "serif"; font-size: 12.0pt;">Bagaimana
nelayan menolak reklamasi pantai? Saya kira pertanyaan tersebut mengharapkan
jawaban yang mengarah pada gerak dan proses, yang tentunya dipandang secara
berbeda. Sebagai gerak, penolakan terhadap reklamasi pantai menuju pada
kebulatan tekad, yaitu menjaga eksistensi kelompok. Namun, sebagai proses, laku
penolakan bukanlah suatu upaya “menuju”, melanikan “mencari”. Tindakan yang
dilakukan tidaklah berhenti pada satu titik, tapi bersifat dialektis dengan
aksi yang selalu diikuti evaluasi.<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify; text-indent: 1cm;">
<span style="font-family: "times new roman" , "serif"; font-size: 12.0pt;"><br /></span>
<span style="font-family: "times new roman" , "serif"; font-size: 12.0pt;">Pernyataan
tersebut saya simpulkan dari penuturan sejumlah informan. Meski berhasil
memetakan alur komunikasi di internal kelompok – bagaimana ide disebarkan,
bagaimana tindakan tertentu disepakati hingga ke tahap evaluasi – namun sangat
sulit untuk menemukan siapa aktor yang bertugas menjalankan tindakan dan kapan
waktu yang tepat untuk itu. Hal tersebut dikarenakan pertimbangan-pertimbangan
internal yang disesuaikan dengan momentum, sehingga sangat sulit menemukan
bentuk tindakan yang akan dijalankan pada saat tertentu.<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify; text-indent: 1cm;">
<span style="font-family: "times new roman" , "serif"; font-size: 12.0pt;"><br /></span>
<span style="font-family: "times new roman" , "serif"; font-size: 12.0pt;">Saya
akan menyajikan laku penolakan yang terjadi sejak 2009-2012 untuk memperkuat
asumsi sebelumnya. Aksi penolakan nelayan, dilihat dari perspektif sosiologi,
terbagi dalam dua bentuk: asosiatif dan disosiatif<span class="MsoEndnoteReference"><!--[if !supportFootnotes]--><span class="MsoEndnoteReference"><span style="font-size: 12pt; line-height: 115%;">[6]</span></span><!--[endif]--></span>,
yang akan dijabarkan dalam tabel di bawah.<o:p></o:p></span></div>
<div align="center" class="MsoNormal" style="margin-bottom: 0.0001pt; text-align: center;">
<b><span style="font-family: "times new roman" , "serif"; font-size: 10.0pt;"><br /></span></b>
<b><span style="font-family: "times new roman" , "serif"; font-size: 10.0pt;">Tabel Komunikasi Eksternal Nelayan Sario Tumpaan<o:p></o:p></span></b></div>
<div align="center">
<table border="1" cellpadding="0" cellspacing="0" class="MsoTableGrid" style="border-collapse: collapse; border: none; mso-border-alt: solid black .5pt; mso-border-themecolor: text1; mso-padding-alt: 0cm 5.4pt 0cm 5.4pt; mso-yfti-tbllook: 1184;">
<tbody>
<tr style="height: 8.9pt; mso-yfti-firstrow: yes; mso-yfti-irow: 0;">
<td style="border: solid black 1.0pt; height: 8.9pt; mso-border-alt: solid black .5pt; mso-border-themecolor: text1; mso-border-themecolor: text1; padding: 0cm 5.4pt 0cm 5.4pt; width: 31.2pt;" valign="top" width="52"><div align="center" class="MsoNormal" style="margin-bottom: 0.0001pt; text-align: center;">
<b><span style="font-family: "times new roman" , "serif"; font-size: 10.0pt;">No<o:p></o:p></span></b></div>
</td>
<td style="border-left: none; border: solid black 1.0pt; height: 8.9pt; mso-border-alt: solid black .5pt; mso-border-left-alt: solid black .5pt; mso-border-left-themecolor: text1; mso-border-themecolor: text1; mso-border-themecolor: text1; padding: 0cm 5.4pt 0cm 5.4pt; width: 150.8pt;" valign="top" width="251"><div align="center" class="MsoNormal" style="margin-bottom: 0.0001pt; text-align: center;">
<b><span style="font-family: "times new roman" , "serif"; font-size: 10.0pt;">Asosiatif<o:p></o:p></span></b></div>
</td>
<td style="border-left: none; border: solid black 1.0pt; height: 8.9pt; mso-border-alt: solid black .5pt; mso-border-left-alt: solid black .5pt; mso-border-left-themecolor: text1; mso-border-themecolor: text1; mso-border-themecolor: text1; padding: 0cm 5.4pt 0cm 5.4pt; width: 171.7pt;" valign="top" width="286"><div align="center" class="MsoNormal" style="margin-bottom: 0.0001pt; text-align: center;">
<b><span style="font-family: "times new roman" , "serif"; font-size: 10.0pt;">Disosiatif<o:p></o:p></span></b></div>
</td>
</tr>
<tr style="height: 8.9pt; mso-yfti-irow: 1;">
<td style="border-top: none; border: solid black 1.0pt; height: 8.9pt; mso-border-alt: solid black .5pt; mso-border-themecolor: text1; mso-border-themecolor: text1; mso-border-top-alt: solid black .5pt; mso-border-top-themecolor: text1; padding: 0cm 5.4pt 0cm 5.4pt; width: 31.2pt;" valign="top" width="52"><div align="center" class="MsoNormal" style="margin-bottom: 0.0001pt; text-align: center;">
<span style="font-family: "times new roman" , "serif"; font-size: 10.0pt;">1<o:p></o:p></span></div>
</td>
<td style="border-bottom: solid black 1.0pt; border-left: none; border-right: solid black 1.0pt; border-top: none; height: 8.9pt; mso-border-alt: solid black .5pt; mso-border-bottom-themecolor: text1; mso-border-left-alt: solid black .5pt; mso-border-left-themecolor: text1; mso-border-right-themecolor: text1; mso-border-themecolor: text1; mso-border-top-alt: solid black .5pt; mso-border-top-themecolor: text1; padding: 0cm 5.4pt 0cm 5.4pt; width: 150.8pt;" valign="top" width="251"><div align="center" class="Default" style="text-align: center;">
<span style="font-size: 10.0pt;">Dialog dengan Lembaga Pemerintah Daerah (tingkat
Kelurahan hingga Provinsi)<o:p></o:p></span></div>
</td>
<td style="border-bottom: solid black 1.0pt; border-left: none; border-right: solid black 1.0pt; border-top: none; height: 8.9pt; mso-border-alt: solid black .5pt; mso-border-bottom-themecolor: text1; mso-border-left-alt: solid black .5pt; mso-border-left-themecolor: text1; mso-border-right-themecolor: text1; mso-border-themecolor: text1; mso-border-top-alt: solid black .5pt; mso-border-top-themecolor: text1; padding: 0cm 5.4pt 0cm 5.4pt; width: 171.7pt;" valign="top" width="286"><div align="center" class="Default" style="text-align: center;">
<span style="font-size: 10.0pt;">Pembuatan suratan penolakan aktifitas reklamasi
pantai<o:p></o:p></span></div>
<div align="center" class="MsoNormal" style="margin-bottom: 0.0001pt; text-align: center;">
<br /></div>
</td>
</tr>
<tr style="height: 8.9pt; mso-yfti-irow: 2;">
<td style="border-top: none; border: solid black 1.0pt; height: 8.9pt; mso-border-alt: solid black .5pt; mso-border-themecolor: text1; mso-border-themecolor: text1; mso-border-top-alt: solid black .5pt; mso-border-top-themecolor: text1; padding: 0cm 5.4pt 0cm 5.4pt; width: 31.2pt;" valign="top" width="52"><div align="center" class="MsoNormal" style="margin-bottom: 0.0001pt; text-align: center;">
<span style="font-family: "times new roman" , "serif"; font-size: 10.0pt;">2<o:p></o:p></span></div>
</td>
<td style="border-bottom: solid black 1.0pt; border-left: none; border-right: solid black 1.0pt; border-top: none; height: 8.9pt; mso-border-alt: solid black .5pt; mso-border-bottom-themecolor: text1; mso-border-left-alt: solid black .5pt; mso-border-left-themecolor: text1; mso-border-right-themecolor: text1; mso-border-themecolor: text1; mso-border-top-alt: solid black .5pt; mso-border-top-themecolor: text1; padding: 0cm 5.4pt 0cm 5.4pt; width: 150.8pt;" valign="top" width="251"><table border="1" cellpadding="0" cellspacing="0" class="MsoNormalTable" style="border-collapse: collapse; border: none; margin-left: .95pt; mso-padding-alt: 0cm 5.4pt 0cm 5.4pt; width: 230px;">
<tbody>
<tr style="height: 5.45pt; mso-yfti-firstrow: yes; mso-yfti-irow: 0; mso-yfti-lastrow: yes;">
<td style="border: none; height: 5.45pt; padding: 0cm 5.4pt 0cm 5.4pt;" valign="top"><div align="center" class="Default" style="text-align: center;">
<span style="font-size: 10.0pt;">Koordinasi dengan instansi Kepolisian Daerah<o:p></o:p></span></div>
</td>
<td style="border: none; height: 5.45pt; padding: 0cm 5.4pt 0cm 5.4pt;" valign="top"><div align="center" class="Default" style="text-align: center;">
<br /></div>
</td>
</tr>
</tbody></table>
<div align="center" class="Default" style="text-align: center;">
<span style="font-size: 10.0pt;"><o:p></o:p></span></div>
</td>
<td style="border-bottom: solid black 1.0pt; border-left: none; border-right: solid black 1.0pt; border-top: none; height: 8.9pt; mso-border-alt: solid black .5pt; mso-border-bottom-themecolor: text1; mso-border-left-alt: solid black .5pt; mso-border-left-themecolor: text1; mso-border-right-themecolor: text1; mso-border-themecolor: text1; mso-border-top-alt: solid black .5pt; mso-border-top-themecolor: text1; padding: 0cm 5.4pt 0cm 5.4pt; width: 171.7pt;" valign="top" width="286"><div align="center" class="Default" style="text-align: center;">
<span style="font-size: 10.0pt;">Demonstrasi<o:p></o:p></span></div>
</td>
</tr>
<tr style="height: 8.9pt; mso-yfti-irow: 3;">
<td style="border-top: none; border: solid black 1.0pt; height: 8.9pt; mso-border-alt: solid black .5pt; mso-border-themecolor: text1; mso-border-themecolor: text1; mso-border-top-alt: solid black .5pt; mso-border-top-themecolor: text1; padding: 0cm 5.4pt 0cm 5.4pt; width: 31.2pt;" valign="top" width="52"><div align="center" class="MsoNormal" style="margin-bottom: 0.0001pt; text-align: center;">
<span style="font-family: "times new roman" , "serif"; font-size: 10.0pt;">3<o:p></o:p></span></div>
</td>
<td style="border-bottom: solid black 1.0pt; border-left: none; border-right: solid black 1.0pt; border-top: none; height: 8.9pt; mso-border-alt: solid black .5pt; mso-border-bottom-themecolor: text1; mso-border-left-alt: solid black .5pt; mso-border-left-themecolor: text1; mso-border-right-themecolor: text1; mso-border-themecolor: text1; mso-border-top-alt: solid black .5pt; mso-border-top-themecolor: text1; padding: 0cm 5.4pt 0cm 5.4pt; width: 150.8pt;" valign="top" width="251"><table border="1" cellpadding="0" cellspacing="0" class="MsoNormalTable" style="border-collapse: collapse; border: none; margin-left: .95pt; mso-padding-alt: 0cm 5.4pt 0cm 5.4pt; width: 230px;">
<tbody>
<tr style="height: 8.45pt; mso-yfti-firstrow: yes; mso-yfti-irow: 0; mso-yfti-lastrow: yes;">
<td style="border: none; height: 8.45pt; padding: 0cm 5.4pt 0cm 5.4pt;" valign="top"><div align="center" class="Default" style="text-align: center;">
<span style="font-size: 10.0pt;">Menggabungkan diri dalam Asosiasi Nelayan
Tradisional (ANTRA) Sulawesi Utara<o:p></o:p></span></div>
</td>
<td style="border: none; height: 8.45pt; padding: 0cm 5.4pt 0cm 5.4pt;" valign="top"><div align="center" class="Default" style="text-align: center;">
<br /></div>
</td>
</tr>
</tbody></table>
<div align="center" class="Default" style="text-align: center;">
<span style="font-size: 10.0pt;"><o:p></o:p></span></div>
</td>
<td style="border-bottom: solid black 1.0pt; border-left: none; border-right: solid black 1.0pt; border-top: none; height: 8.9pt; mso-border-alt: solid black .5pt; mso-border-bottom-themecolor: text1; mso-border-left-alt: solid black .5pt; mso-border-left-themecolor: text1; mso-border-right-themecolor: text1; mso-border-themecolor: text1; mso-border-top-alt: solid black .5pt; mso-border-top-themecolor: text1; padding: 0cm 5.4pt 0cm 5.4pt; width: 171.7pt;" valign="top" width="286"><div align="center" class="Default" style="text-align: center;">
<span style="font-size: 10.0pt;">Blokade Aktifitas Penimbunan<o:p></o:p></span></div>
</td>
</tr>
<tr style="height: 8.9pt; mso-yfti-irow: 4; mso-yfti-lastrow: yes;">
<td style="border-top: none; border: solid black 1.0pt; height: 8.9pt; mso-border-alt: solid black .5pt; mso-border-themecolor: text1; mso-border-themecolor: text1; mso-border-top-alt: solid black .5pt; mso-border-top-themecolor: text1; padding: 0cm 5.4pt 0cm 5.4pt; width: 31.2pt;" valign="top" width="52"><div align="center" class="MsoNormal" style="margin-bottom: 0.0001pt; text-align: center;">
<span style="font-family: "times new roman" , "serif"; font-size: 10.0pt;">4<o:p></o:p></span></div>
</td>
<td style="border-bottom: solid black 1.0pt; border-left: none; border-right: solid black 1.0pt; border-top: none; height: 8.9pt; mso-border-alt: solid black .5pt; mso-border-bottom-themecolor: text1; mso-border-left-alt: solid black .5pt; mso-border-left-themecolor: text1; mso-border-right-themecolor: text1; mso-border-themecolor: text1; mso-border-top-alt: solid black .5pt; mso-border-top-themecolor: text1; padding: 0cm 5.4pt 0cm 5.4pt; width: 150.8pt;" valign="top" width="251"><div align="center" class="Default" style="text-align: center;">
<span style="font-size: 10.0pt;">Menyurat dan Menyertakan Diri dalam Mediasi Para
Pihak Sengketa (yang difasilitasi Komnas HAM)<o:p></o:p></span></div>
</td>
<td style="border-bottom: solid black 1.0pt; border-left: none; border-right: solid black 1.0pt; border-top: none; height: 8.9pt; mso-border-alt: solid black .5pt; mso-border-bottom-themecolor: text1; mso-border-left-alt: solid black .5pt; mso-border-left-themecolor: text1; mso-border-right-themecolor: text1; mso-border-themecolor: text1; mso-border-top-alt: solid black .5pt; mso-border-top-themecolor: text1; padding: 0cm 5.4pt 0cm 5.4pt; width: 171.7pt;" valign="top" width="286"><div align="center" class="Default" style="text-align: center;">
<br /></div>
</td>
</tr>
</tbody></table>
</div>
<div class="Default" style="text-align: justify; text-indent: 1.0cm;">
<br /></div>
<div class="Default" style="margin-bottom: 10.0pt; text-align: justify; text-indent: 1.0cm;">
Tabel di atas menunjukkan upaya-upaya yang relatif kontras, pada satu
sisi penyelesaian masalah di dalam gedung, namun di sisi lain menunjukkan
aktifitas jalanan. Berdasarkan pengakuan sejumlah informan, memang terjadi
peralihan cara penyampaian pesan penolakan reklamasi pantai. Pada tahap awal,
nelayan Sario Tumpaan memanfaatkan lembaga pemerintah daerah, lewat dialog
tentunya, untuk menuntaskan kasus ini. Namun, mereka merasa tak bisa
berlarut-larut dalam dialog tersebut karena kecurigaan terhadap pemerintah semakin
besar.<br />
<span style="text-indent: 1cm;"><br /></span>
<span style="text-indent: 1cm;">Menyikapi hal itu, nelayan Sario Tumpaan turut membentuk dan
menggabungkan diri ke dalam Asosiasi Nelayan Tradisional (ANTRA) Sulawesi Utara.
Organisasi profesi kenelayanan di tingkat Sulawesi utara ini dimanfaatkan
sebagai alat perjuangan untuk menuntaskan permasalahan yang menimpa mereka. Berdasarkan
pengamatan di lapangan, kesadaran akan pentingnya laut memang sudah tertanam
dalam pemikiran nelayan, hanya saja cara untuk mempertahankannya yang dirasa
menjadi masalah dan perlu dipelajar lebih dalam lagi. Itulah yang mereka
lakukan bersama ANTRA. Kesadaran akan pentingnya laut dikawinkan dengan
kesadaran politis untuk mempelajari hak-hak nelayan serta peraturan perundangan
yang berlaku di Negara ini.</span></div>
<div class="Default" style="margin-bottom: 10.0pt; text-align: justify; text-indent: 1.0cm;">
<span style="text-indent: 1cm;"><br /></span>
<span style="text-indent: 1cm;">Kerumitan dialog parlementarian yang dirasakan nelayan, membuat
aksi-aksi selanjutnya berbentuk disosiatif. Jalan buntu diplomasi tak bisa lagi
diteruskan. Surat pernyataan menolak reklamasi pantai yang ditandatangani 109
warga, 4 Februari 2010 silam, menjadi langkah awalnya. Surat pernyataan itu,
merupakan tanda penolakan reklamasi pantai bukan lagi milik nelayan saja, tapi
juga warga kelurahan Sario Tumpaan. Potensi banjir saat musim penghujan salah
satu benang pengikat antara nelayan dengan warga sekitar.</span><br />
<span style="text-indent: 1cm;"><br /></span>
<span style="text-indent: 1cm;">Dalam perkembangan, aksi nelayan menjurus pada demonstrasi (12 Mei 2010)
hingga blokade aktifitas penimbunan (26 April 2012). Alasan di balik laku
tersebut jelas merujuk pada ketidakpercayaan nelayan pada lembaga pemerintahan
daerah sebagai wadah aspirasi kelompok tertindas. Perjuangan menghentikan </span><span style="text-indent: 1cm;">reklamasi pantai tak mungkin lagi menunggu bantuan
pemerintah daerah, sementara penimbunan masih terus berlanjut. Mereka mulai
berusaha mempertahankan pantai menggunakan dayung kayu di tangan.</span><br />
<span style="text-indent: 1cm;"><br /></span>
<span style="text-indent: 1cm;">Aksi lain yang cukup unik adalah mengirimkan
surat serta menyertakan diri dalam mediasi para pihak dengan Komisi Nasional
Hak Asasi Manusia (Komnas HAM). Upaya menyelesaikan sengketa berkaitan dengan
reklamasi pantai dilakukan lewat jalan kerjasama untuk mencapai keadaan stabil,
namun tetap menyimpan sentimen di antara masing-masing pihak. Hanya saja, dalam
mediasi tersebut, persaingan, kontraversi dan pertentangan (varian hubungan
sosial dalam porses disosiatif) harus rela dibungkus oleh kerjasama dan
akomodasi (varian dalam proses asosiatif) untuk mencapai kesepakatan bersama.
Bahkan, langkah ini dipilih akibat makin kentalnya ketidakpercayaan nelayan
pada pemerintah daerah. Lewat meja perundingan inilah, nelayan Sario Tumpaan
merebut kembali ruang terbuka pantai yang secara prosedural telah dimiliki oleh
investor, serta menjadi bukti pengakuan secara legal-formal hak nelayan untuk
memanfaatkan ruang terbuka pantai.</span><br />
<span style="text-indent: 1cm;"><br /></span>
<span style="text-indent: 1cm;">Upaya menolak reklamasi pantai di Sario
Tumpaan dilakukan juga dalam bentuk konstruksi simbol, yang secara langsung
maupun tidak langsung, menyampaikan pesan penolakan nelayan Sario Tumpaan.
Konstuksi simbol tersebut menyimpan perilaku di baliknya yang jelas-jelas
merupakan ketidaksepakatan nelayan pada reklamasi pantai</span><span style="text-indent: 1cm;">, seperti: pembentangan
spanduk “Stop Reklamasi, Stop Kapling Laut”; posisi perahu sebagai batas
penimbunan; pembangunan Daseng Panglima.</span><br />
<span style="text-indent: 1cm;"><br /></span>
<span style="text-indent: 1cm;">Pembentangan spanduk reklamasi pantai, misalnya, merupakan laku menyebar
informasi yang begitu jelas bisa diketahui lewat susunan huruf yang menempel di
badan kain. Begitu pula posisi perahu, meski tak sejelas tulisan dalam spanduk,
namun nelayan melakukannya dengan sengaja dan sadar sebagai batas gerak
timbunan. Pembangunan Daseng Panglima merupakan simbol lain, yang mana untuk
mengetahuinya diperlukan pemahaman mengenai latar sejarah serta maksud
pendirian gedung tersebut. Perjuangan nelayan serta hasil kesepakatan damai
yang dimediasi Komnas HAM merupakan induk lahirnya gedung kebanggaan nelayan
Sario Tumpaan ini. Daseng Panglima jelaslah simbol penolakan reklamasi pantai.</span></div>
<div align="center" class="Default" style="margin-bottom: 10.0pt; text-align: center; text-indent: 1.0cm;">
***</div>
<div class="Default" style="margin-bottom: 10.0pt; text-align: justify; text-indent: 1.0cm;">
Sampai di sini, kita bisa lihat beberapa hal menarik dari penolakan
nelayan terhadap aktifitas reklamasi pantai. Kemampuan mengolah pesan-pesan
yang dirasa berguna bagi mereka sangat mudah untuk ditemukan. Selain itu,
kekuatan nelayan Sario Tumpaan juga terlihat dari kemampuan mereka dalam
mengorganisir diri, dengan penyebaran informasi yang begitu rapi di internal
kelompok, serta pembatasan informasi secara ketat ke luar kelompok.<br />
<span style="text-indent: 1cm;"><br /></span>
<span style="text-indent: 1cm;">Akhirnya, penolakan reklamasi pantai di Sario Tumpaan menjadi satu bukti
tambahan bahwa komunikasi perlu menyentuh esensi masalah, dan tak bisa menari
dalam tataran retorika belaka. Kesuksesan pembangunan tak boleh menimbun hak
hidup manusia. Nelayan Sario Tumpaan sudah menceritakannya.</span></div>
<div class="Default" style="margin-bottom: 10.0pt; text-align: justify; text-indent: 1.0cm;">
(Themmy Doaly)</div>
<div>
<!--[if !supportEndnotes]--><br clear="all" />
<hr align="left" size="1" width="33%" />
<!--[endif]-->
<br />
<div id="edn1">
<div class="MsoEndnoteText" style="text-align: justify;">
<span class="MsoEndnoteReference"><!--[if !supportFootnotes]--><span class="MsoEndnoteReference"><span style="font-family: "calibri" , "sans-serif"; font-size: 10.0pt; line-height: 115%;">[1]</span></span><!--[endif]--></span>
Untuk menemukan berbagai gagasan para ahli mengenai istilah komunikasi saya
merujuk pada: Mulyana, Dedy, <i>Ilmu Komunikasi: Suatu Pengantar </i>(Bandung:
Remaja Rosda, 2010).</div>
</div>
<div id="edn2">
<div class="MsoEndnoteText" style="text-align: justify;">
<span class="MsoEndnoteReference"><!--[if !supportFootnotes]--><span class="MsoEndnoteReference"><span style="font-family: "calibri" , "sans-serif"; font-size: 10.0pt; line-height: 115%;">[2]</span></span><!--[endif]--></span>
Sedangkan, dalam melihat manusia sebagai makhluk yang aktif menafsirkan pesan
bisa ditemukan secara mendalam pada: Kincaid, Lawrence dan Willbur Scharmm, <i>Asas-Asas
Komunikasi Antar Manusia </i>(Jakarta: LP3ES, 1987).</div>
</div>
<div id="edn3">
<div class="MsoEndnoteText" style="text-align: justify;">
<span class="MsoEndnoteReference"><!--[if !supportFootnotes]--><span class="MsoEndnoteReference"><span style="font-family: "calibri" , "sans-serif"; font-size: 10.0pt; line-height: 115%;">[3]</span></span><!--[endif]--></span>
Tikus merupakan objek penelitian yang digunakan pengikut behaviorisme untuk
meneliti perilaku manusia. Sehingga, para behavioris mendapat julukan sebagai
“ilmuan tikus”. Untuk mengetahui lebih jauh mengenai hal tersebut silahkan
baca: Rakhmat, Jalaluddin, <i>Psikologi Komunikasi </i>(Bandung: Remaja Rosda,
2008).</div>
</div>
<div id="edn4">
<div class="MsoEndnoteText" style="text-align: justify;">
<span class="MsoEndnoteReference"><!--[if !supportFootnotes]--><span class="MsoEndnoteReference"><span style="font-family: "calibri" , "sans-serif"; font-size: 10.0pt; line-height: 115%;">[4]</span></span><!--[endif]--></span>
Subroto Aji mengistilahkannya sebagai “denelayanisasi”. Untuk memahami lebih
jauh silahkan baca: Aji, Subroto, <i>Konflik Sosial Nelayan: Studi Pembagunan
Kawasan Reklamasi Teluk Manado </i>(Unsrat: Skripsi Fakultas Ilmu Sosial dan
Ilmu Politik, 2008).</div>
</div>
<div id="edn5">
<div class="MsoEndnoteText" style="text-align: justify;">
<span class="MsoEndnoteReference"><!--[if !supportFootnotes]--><span class="MsoEndnoteReference"><span style="font-family: "calibri" , "sans-serif"; font-size: 10.0pt; line-height: 115%;">[5]</span></span><!--[endif]--></span>
Lihat saja: Wunas, Shirley dan Johan H. Lumain “Dampak Reklamasi Pantai
Terhadap Perubahan Sosial Ekonomi dan Sosial Budaya Peduduk di Kota Manado” di
dalam <i>Jurnal Enjiniring Vol 9 No 3 </i>(Makassar: Unhas, 2003) serta Wagiu,
Max “Dampak Program Reklamasi Bagi Ekonomi Rumah Tangga Nelayan Di Kota Manado”
di dalam <i>Jurnal Perikanan dan Kelautan Tropis Vol VII No 1 </i>(Manado:
Unsrat, 2011)</div>
</div>
<div id="edn6">
<div class="MsoEndnoteText" style="text-align: justify;">
<span class="MsoEndnoteReference"><!--[if !supportFootnotes]--><span class="MsoEndnoteReference"><span style="font-family: "calibri" , "sans-serif"; font-size: 10.0pt; line-height: 115%;">[6]</span></span><!--[endif]--></span>
Untuk menemukan penjelasan lebih mendalam mengenai asosiatif dan disosiatif,
silahkan baca: Soekanto, Soerjono, <i>Sosiologi: Suatu Pengantar </i>(Jakarta:
Raja Grafindo, 2006).</div>
</div>
</div>
</div>
Unknownnoreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-442032710393410006.post-1352504176948752862013-01-06T04:44:00.000-08:002016-08-27T04:31:17.864-07:00Mangrove mati/dieback<div dir="ltr" style="text-align: left;" trbidi="on">
<br />
<div>
<b><span style="font-family: "georgia" , "times new roman" , serif; font-size: large;">Mangrove "Mati (Dieback)" di Pulau Mantehage - Taman Nasional Bunaken</span></b></div>
<br />
<div class="MsoNormal" style="text-align: center;">
</div>
<br />
<br />
<div style="text-align: justify;">
Rignolda Djamaluddin, PhD, pada 7 Desember 2012, melakukan observasi pendahuluan terhadap spesies Mangrove yang terindikasi mati secara masal di Pulau Mantehage, Minahasa Utara. Observasi dilakukan dengan mengunjungi sejumlah titik dimana ditemukan pohon mati dengan berbagai level. </div>
<br />
<div style="text-align: justify;">
<a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEi0AEJ4WEBENKZwuDewsY0Bmf780Uum-9mwBn0YzrmAMVjy1XrU3um4yxva62i6HI-uc3nU7wdPvGUPnoDWBn2QkDOMHSKd4UlWGHOTjiC19PIdcv733jnUbxsO1J1yzDds8C-oMU0VY-is/s1600/1.jpg" imageanchor="1" style="clear: left; float: left; margin-bottom: 1em; margin-right: 1em;"><img border="0" height="263" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEi0AEJ4WEBENKZwuDewsY0Bmf780Uum-9mwBn0YzrmAMVjy1XrU3um4yxva62i6HI-uc3nU7wdPvGUPnoDWBn2QkDOMHSKd4UlWGHOTjiC19PIdcv733jnUbxsO1J1yzDds8C-oMU0VY-is/s400/1.jpg" width="400" /></a>Dalam observasi ini, fenomena pohon mati secara masal ditemukan terkonsentrasi pada titik-titik tertinggi di antara dua daratan pada Pulau Mantehage. Kemudian, sebaran kematian berkurang ke arah tepian dan lokasi yang lebih rendah. Di titik-titik pusat pohon mati, didapati sebanyak 14-17 tegakan dalam keadaan mati per 0,01 Ha. </div>
<br />
Fenomena tersebut, sebenarnya bukanlah kejadian baru. Hanya saja, yang membuatnya sedikit berbeda adalah tidak terjadinya anomali cuaca dalam bentuk kemarau panjang dalam beberapa tahun belakangan.<br />
<div>
<a name='more'></a><br />
<br />
<div style="text-align: justify;">
Habitat Mangrove di Pulau Mantehage, yang berada di antara dua daratan, terbentuk melalui proses sedimentasi yang berlangsung secara perlahan, menutupi dan menghentikan aliran air di antara dua daratan. Asumsi tersebut dibuktikan dengan adanya aliran sungai pasang-surut yang berkelok-kelok serta dua “kolam” di bagian tengah. </div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Keadaan ini menyebabkan habitat terendam saat musim penghujan dan kering di musim kemarau. Habitat yang tidak stabil, berubah karena sedimentasi dan cuaca, diduga menjadi sebab fenomena kematian pohon secara masal. </div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
“Mangrove yang tumbuh di habitat seperti ini akan mengalami tekanan (stress) fisiologis secara berulang, sehingga sulit mencapai ukuran besar dan berusia tua. Buktinya, ukuran diameter tegakan yang relatif kecil serta dieback (menuju mati) pada pohon yang relatif berukuran besar,” ujar Rignolda. </div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Menurut Rignolda, semua pohon mati yang ditemukan, diperkirakan telah mati beberapa waktu sebelumnya dan tidak ditemukan adanya indikasi pohon baru yang mati. Ia memperkirakan, kematian pohon tidak akan berlanjut apabila cuaca pada beberapa bulan ke depan dalam keadaan normal. </div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Namun, ungkapnya lagi, perkembangan anakan baru di titik-titik pusat pohon mati masih membutuhkan waktu yang belum diketahui secara pasti. Karena, hingga masa observasi, belum ditemukan semaian maupun anakan muda di titik-titik tersebut. </div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Dalam observasi pendahuluan ini, beberapa rekomendasi diajukan untuk mengurangi risiko kematian pohon. Menurutnya, hal paling mendesak yang perlu dilakukan adalah: menghindari penebangan pohon yang mati, karena akan menyebabkan lahan semakin terbuka dan penguapan akan semakin meningkat, yang akan diikuti naikknya kadar garam dalam substrat; kajian detil mengenai morfologi lahan (kemiringan) dan geomorfologi (tekstur dan kadar garam substrat) perlu dilakukan; kajian floristik, struktur vegetasi dan tingkat kesehatan mangrove pada lahan yang terindikasi stress; serta penanaman artifisial jenis serupa dengan yang telah mati, bila proses regenerasi tidak berlangsung dalam jangka waktu tertentu.</div>
</div>
</div>
Unknownnoreply@blogger.com0